WE Online, Jakarta - Tower Bersama Infrastructure telah memiliki site telekomunikasi sebanyak 12.159 hingga semester pertama 2015. Perseroan juga telah memiliki site menara sebanyak 11.154. Tower Bersama Infrastructure merupakan perusahaan penyedia infrastruktur telekomunikasi bagi penempatan base transceiver station (BTS) oleh para operator telekomunikasi di Indonesia. Bisnis ini memiliki peluang yang masih besar di Indonesia.
Apalagi mengingat bisnis jaringan telekomunikasi masih belum mengalami titik puncak. Kuantitas dan kualitas jaringan telekomunikasi yang belum optimal menjadi peluang besar bagi perusahaan yang dimiliki oleh Saratoga Capital dan Provident Capital ini.
Perseroan berawal dari sejumlah perusahaan yang digabungkan. Banyak tantangan menarik yang dihadapi sebagai perusahaan yang menggabungkan banyak latar belakang perusahaan berbeda. Ini pula yang menjadi tantangan bagi pemimpin perusahaan untuk memanfaatkan perbedaan-perbedaan tersebut menjadi energi positif bagi kemajuan perusahaan. Langkah akuisisi-akuisisi ini juga yang menjadi strategi perseroan untuk menancapkan tower dengan bendera Tower Bersama. Tak heran, jumlah tower yang dimiliki perusahaan ini pun melesat.
Warta Ekonomi memperdalam informasi pada perseroan ini. Baik strategi bisnis maupun manajemen perusahaan digali secara mendalam. Reporter Warta Ekonomi Cahyo Prayogo, Iwan Supriyatna, dan Sufri Yuliardi (fotografer) "membongkar" Tower Bersama dengan mewawancarai Presiden Direktur Tower Bersama Infrastructure Herman Setya Budi pada awal November lalu di kantor Tower Bersama Infrastructure. Berikut nukilan wawancaranya.
Bagaimana dengan tantangan regulasi yang menyangkut TBIG?
Adanya Peraturan Bersama Tiga Menteri mendorong industri ini untuk tumbuh. Tinggal penerapannya di masing-masing kabupaten dan kota yang sering kali belum sinkron dan kadang-kadang membuat industri, bukan TBIG saja, menghadapi tantangan dan kesulitan seperti itu. Jadi, bagaimana pemerintah daerah ini bisa membuka dan mendorong perusahaan tower tumbuh seiring dengan infrastruktur yang akan membantu perekonomian daerah tersebut. Infrastruktur ini bukan hanya jalan, tetapi juga telekomunikasi. Apalagi transaksi banking sekarang banyak? dilakukan lewat handphone atau lewat internet.
Apakah Tower Bersama pernah mengalami hambatan dari pemerintah daerah?
Ada beberapa peraturan daerah, misalnya, hanya memberikan monopoli ke satu perusahaan. Contohnya di Badung, Bali. Sinyal jelek sekali di Badung karena Pemerintah Kabupaten Badung memonopolikan ke satu perusahaan tower.
Faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan laba bersih turun 14,03% pada semester pertama 2015?
Sektor ini turun labanya karena ada beberapa faktor. Pertama adalah kurs. Kalau tidak ada kerugian kurs sebenarnya tetap tumbuh. Kerugian kurs ini juga kerugian yang riil.
Bagaimana Anda menyikapi perusahaan telekomunikasi yang merugi?
Dari sisi operator yang men-service, kami fokus untuk pembangunan baru terhadap operator-operator utama. Operator utama itu seperti Telkomsel, Indosat, dan XL. Kami berharap ini akan lebih mampu mengatasi gejolak ekonomi. Dari sisi kolokasi, ada operator-operator yang lain. Jadi, secara strategi pemilihan pelanggan dengan porsi paling besar ada di operator utama tersebut.
Berapa komposisinya?
Kurang lebih 80% dari tiga operator utama.
Target tahun 2016?
Saya rasa harapannya bisa tumbuh sekitar 10% sampai 15% dari jumlah tower atau tenancy tahun ini. Kalau pendanaan, kami punya payung dari bank-bank besar, kebanyakan dari Singapura, Jepang, dan Tiongkok. Mereka sudah ada kesepakatan untuk bisa memberikan pinjaman sampai plafon US$2 miliar. Kami sudah pakai kira-kira US$1,1 miliar, jadi masih ada kira-kira US$900-an juta yang bisa dipakai. Kedua, kami juga punya bonds. Bonds itu dalam dolar Singapura dan rupiah.
Apa yang akan dilakukan Tower Bersama, apabila tower sudah di mana-mana dan tidak ada ruang lagi untuk tower?
Tidak ada pertumbuhan bukan berarti tidak ada pendapatan. Artinya, pertumbuhan sudah sangat mature. Itu tidak apa-apa, biarkan saja karena ada hal-hal lain additional yang bisa dicari. Namun, tidak akan sesignifikan sekarang. Kami secara businessman harus menyiapkan diri. Kami sebagai perusahaan pasti berevolusi. Di Indonesia masih sangat luas. Kami bicara Amerika saja itu masih ada pertumbuhan sampai saat ini, sekitar 10%. American Tower itu masih bagus. Di Indonesia, sinyal masih suka drop atau tidak? Artinya, itu masih ada pasar. Kalau di mana-mana sinyal tidak drop, itu baru tanda-tanda sudah matang.
Sumber: Majalah Warta Ekonomi Edisi 21
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Arif Hatta
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: