WE Online, Jakarta - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 17% menjadi AS$151 juta pada tahun 2015 akibat turunnya pendapatan usaha yang disebabkan oleh harga jual rata-rata yang melemah dan beban penurunan nilai nonkas yang bersifat hanya satu kali.
Presiden Direktur dan CEO Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan bahwa dengan profitabilitas yang lebih rendah, namun posisi likuiditas perseroan tetap solid.
"Kami yakin bahwa penurunan saat ini merupakan bagian dari siklus dan fundamental batu bara tetap kokoh. Kami juga memperkirakan bahwa Indonesia, negara-negara Asia Tenggara lainnya, dan India akan membutuhkan batu bara dengan skala yang lebih besar lagi untuk memastikan kecukupan pasokan listrik demi mendukung pertumbuhan ekonomi masing-masing," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (16/3/2016).
Garibaldi menyampaikan perseroan membukukan pendapatan usaha dengan penurunan 19% menjadi AS$2.684 juta akibat penurunan volume penjualan sebesar 7% dan penurunan harga jual rata-rata sebesar 14%. Ia menambahkan Adaro menurunkan biaya kas batu bara sebesar 16% menjadi AS$27,98 per ton terutama karena penurunan nisbah kupas serta biaya bahan bakar yang lebih rendah daripada anggaran.
"Kegiatan operasional tetap berjalan dengan baik di tengah-tengah tantangan yang dihadapi di pasar batu bara dan ketidakstabilan ekonomi dunia," tegasnya.
Ia menjelaskan EBITDA operasional Adaro, tidak termasuk komponen akuntansi non-operasi, turun 18% menjadi AS$730 juta. Ditegaskan, Adaro berhasil mencapai panduan EBITDA operasional yang ditetapkan pada kisaran AS$550 juta sampai AS$800 juta yang mencerminkan kualitas laba dan kesinambungan model bisnisnya.
"Kami tetap mencapai keunggulan operasional dengan kinerja yang kokoh dari bisnis inti. EBITDA operasional dan laba inti mencerminkan daya laba (earning power) fundamental Adaro," tukasnya.
Disampaikan, Adaro terus menurunkan posisi utang bersih dan mengurangi utang bersih sebesar 25% menjadi AS$865 juta sehingga rasio utang terhadap EBITDA operasional 12 bulan terakhir mencapai 1,18x dan rasio utang bersih terhadap ekuitas mencapai 0,26x. Ia menegaskan Adaro akan terus menjaga kas dan memperkuat struktur permodalannya, sementara belanja modal turun 41% menjadi AS$98 juta sejalan dengan panduan belanja modal yang ditetapkan pada kisaran AS$75 sampai AS$125 juta.
"Adaro berfokus untuk bertahan di bisnis yang telah dibangun, terus bersumbangsih terhadap pembangunan nasional, dan senantiasa menerapkan strategi untuk memperkuat bisnis inti demi kesinambungan bisnis," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: