Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Adaro: Pasar Batu Bara Masih 'Oversupply'

        Warta Ekonomi -

        WE Online, Jakarta - PT Adaro Energy Tbk mengatakan pasar batu bara masih tetap dalam situasi sulit selama tiga bulan pertama tahun 2016 karena pasar masih dilanda kelebihan suplai (oversupply) dan pertumbuhan permintaan melambat.

        Meski demikian, Presiden Direktur dan CEO Adaro Energy Garibaldi Thohir menyampaikan kinerja keuangan Adaro tetap menunjukkan kinerja solid. Ia menyampaikan laba inti perseroan naik 5% pada kuartal I-2016 menjadi AS$81 juta apabila dibandingkan dengan kuartal I-2015 sebesar AS$77 juta.

        "Kinerja Adaro yang solid mencerminkan ketahanan model bisnisnya yang terintegrasi secara vertikal, baik EBITDA operasional maupun laba inti tetap kuat karena bisnis inti tetap menghasilkan kinerja yang baik," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (2/5/2016).

        Garibaldi menyebutkan EBITDA operasional berada pada angka AS$192 juta atau turun empat persen apabila dibandingkan dengan kuartal I-2015 yang sebesar AS$200 juta.

        "EBITDA operasional tetap kuat pada angka AS$192 juta, atau turun 4% dibandingkan tahun lalu, namun masih mencerminkan ketahanan model bisnis perusahaan. Margin EBITDA operasional naik menjadi 33% dari 28% tahun lalu dan tetap bertahan sebagai salah satu yang tertinggi di antara para produsen batu bara termal Indonesia," ujarnya.

        Adapun, pada tiga bulan pertama tahun 2016 ini total aset tercatat turun sebesar tujuh persen menjadi AS$5.950 juta apabila dibandingkan dengan total aset pada kuartal pertama tahun lalu yang tercatat AS$6.367 juta.

        "Total aset turun 7% menjadi AS$5.950 juta. Aset lancar turun 8% menjadi AS$1.159 juta, yang terutama diakibatkan oleh penurunan kas dan setara kas serta piutang dagang. Kas turun 4% menjadi AS$709 juta dan meliputi 12% total aset. Aset non-lancar turun 6% menjadi AS$4,790 juta, terutama akibat penurunan properti pertambangan dan aset tetap," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Cahyo Prayogo
        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: