Direktur Utama PT Pelindo 4 Doso Agung mengungkapkan bahwa Indonesia Timur kaya potensi namun minim konektivitas. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi pelabuhan umum di Indonesia Timur yang hampir seluruhnya berstatus dalam negeri atau antar-pulau, mengingat tidak ada pelabuhan umum yang mampu melakukan ekspor impor secara langsung.
Kegiatan ekspor impor dilakukan melalui pelabuhan atau terminal untuk kepentingan sendiri (TUKS) yang dioperasikan oleh masing-masing perusahaan untuk memenuhi kebutuhan sendiri rata-rata berupa produk hasil pertambangan dan migas.
Sementara kegiatan bongkar muat untuk barang umum yang bersifat konsumsi masyarakat dan produk perdagangan nontambang dilakukan hanya sebatas antar-pulau. Aktivitas ekspor impornya dilakukan melalui Jakarta, Surabaya, atau Semarang.
Di hadapan para pengusaha Korea Selatan, Doso Agung menawarkan kepada perusahaan korea untuk dapat ambil bagian pada program direct call (pengapalan langsung) kargo ekspor dari Kalimantan Timur yang saat ini sedang dipersiapkan oleh Pelindo 4 menyusul keberhasilan direct call melalui Makassar di awal tahun 2016 lalu.
Menurutnya, pengusaha Korea dapat terlibat melalui perusahaan shipping line asal negeri ginseng itu (KMTC) atau sebagai buyer produk komoditas asal Kalimantan Timur, sehingga dapat dilakukan ekspor langsung dari Balikpapan ke Korea, China, atau Jepang sebagai negara tujuan ekspor terbesar komoditas Kaltim dan sekitarnya.
"Melalui direct call diharapkan akan mampu dilakukan penghematan biaya alih muat kapal dan handling petikemas sebesar minimal US$ 200 per kontainer dan lama waktu perjalanan tujuh hari hingga 12 hari kedatangan kargo di negara-negara tujuan ekspor," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Cahyo Prayogo
Advertisement