Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengelolaan Lingkungan Belum Sentuh Akar Permasalahan

Pengelolaan Lingkungan Belum Sentuh Akar Permasalahan Kredit Foto: WE
Warta Ekonomi, Bogor -

Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian IPB Prof Muhammad Romli, memaparkan sistem pengelolaan lingkungan yang kurang efektif karena upaya yang dilakukan belum menyentuh akar masalahnya, yakni kekeliruan cara pandang terhadap fungsi lingkungan.

"Intinya, kita harus menyelamatkan lingkungan, karena selama ini kita terlalu eksploitatif sehingga teidak memikirkan keberlanjutan. Dalam konsep Islam, tujuan diciptakannya manusia dan jin adalah untuk beribadah kepada Allah SWT," kata Romli, di Bogor, Minggu (9/10/2016).

Ia mengatakan, dalam konsep Islam, manusia dan alam adalah 'universe' yang patuh pada hukum Tuhan. Ini yang membuat seseorang muslim tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak lingkungan.

"Intinya kita hidup untuk menyenangkan Allah," katanya.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi dunia sekarang telah menyebabkan laju penggunaan material dan energi melampaui siklus biogeokimianya. Akibatnya, sumber daya alam mengalami penipisan dan degradasi kualitas serta lingkungan menjadi tercemar.

Jika air yang ada di bumi dianalogikan dengan air yang ada dalam sebuah drum, air tawa yang dikonsumsi seluruh umat manusia hanya untuk satu sendok makan (0.003 persen) sisanya air terpendam (2,997 persen) dan air laut atau asin (97 persen).

"Dari air yang sesendok itu, kita sudah mencemarinya dengan logam berat, pestisida, limbah B3, nutrien dan limbah organik," katanya.

Sebagai contoh, lanjutnya, dampak laju pertumbuhan yang eksploitatif yakni dari data deforestasi, empat spesies dinyatakan punah setiap jam. Dengan laju pertumbuhan saat ini, diperlukan 1,5 bumi.

"Ini karena bumi memerlukan 1,5 tahun untuk meregenerasi apa yang telah dikonsumsi oleh manusia selama satu tahun," katanya.

Ia menyebutkan, ekosistem bumi selain berfungsi sebagai penyedia sumberdaya, juga sebagai tempat pembuangan sisa kegiatan tersebut. Dengan prinsip ukuran dan keseimbangan, manusia tidak boleh menuntut sumberdaya lebih dari yang telah disediakan.

"Manusia juga tidak boleh membuang limbah dalam jumlah dan laju yang melebihi kemampuan ekosistem bumi ini untuk menetralkannya," katanya.

Ia menambahkan, keadaan ilmiah yang sekarang tengah terjadi dan akan menjadi lebih para tanpa upaya pengendalian yang komprehensif. Analisis jejak ekologi menujukkan sejak 1970 penduduk dunia telah mengkonsumsi sumber daya melebihi kapasitas yang dapat disediakan oleh bumi secara lestari.

"Islam mengajarkan pemahaman, nilai dan normal dalam pengelolaan lingkungan hidup yang ditujukan untuk mengatasi pelanggaran terhadap keseimbangan alam tersebut," katanya.

Ia menyebutkan, penerapan beberapa prinsip etika, dan moral (akhlak) Islam, misalnya tentang tujuan penciptaan, peran dan tanggungjawab, orientasi hidup, keadilan, kesederhanaan hidup, kebersihan, konservasi, dan pencegahan pencemaran, serta perlindungan flora, fauna dan hibitat.

"Diharapkan dapat berkontribusi dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan," katanya.

Secara khusus Prof Muhammad Romli telah menyampaikan hasil kajiannya dalam orasi ilmiah guru besar IPB, dengan judul "Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan melalui Prinsip-Prinsip Etika dan Moral Islam" yang berlangsung di Auditorium Rektorat IPB, Sabtu (8/10) kemarin. Feru Lantara T.KR-LR (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: