Warunk Upnormal yang mulai mewarnai bisnis kuliner Indonesia membuktikan bahwa suasana kafe yang diciptakan Upnormal menjadi kebutuhan pasar Milenial. Berhasil memiliki 62 outlet se-Indonesia dalam waktu 3 tahun, Upnormal kini menargetkan penambahan hingga 30 outlet di 2018. Mengingat makan di luar rumah yang sudah menjadi gaya hidup masayarakat Indonesia, Upnormal optimis untuk menjadi bisnis kuliner yang lebih besar di Indonesia.
Sejak memulai franchise di tahun 2014, pertumbuhan Warunk Upnormal mencapai 100 persen. Sementara untuk biaya total yang harus dikeluarkan oleh franchisor Warunk Upnormal yaitu Rp3 miliar hingga Rp5 miliar. "Tergantung lokasi dan luas bangunan. Jadi, tidak pasti kalau harga," jelas Hendra Noviyanto, Director Business Development PT Cita Rasa Prima kepada Warta Ekonomi beberapa waktu lalu di Jakarta.
Adapun fasilitas yang membedakan Upnormal dengan kafe lainnya yaitu suasana makan yang nyaman, harga yang terjangkau, dan menu makanan yang sesuai dengan lidah masayarakat Indonesia. "Yang kita ciptakan adalah one stop working place and playing place. Jadi, pengunjung bisa makan, bekerja, berkumpul, kita ciptakan kebersamaan di sini. Orang bisa makan, tapi juga bisa happy," ujar Hendra.
Kemudian, hal yang diunggulkan selain tempat, harga, dan rasa, Upnormal mengutamakan pelayanan yang baik. Meski namanya adalah warung, pelayanan di Warunk Upnormal layaknya pelayanan di restoran mewah. Selain itu, berbagai fasilitas seperti, WiFi, permainan, dan berbagai kebutuhan Milenial juga disediakan dalam kafe tersebut.
Dengan fasilitas tersebut, menurut Hendra, justru akan menguntungkan baginya. Semakin pelanggan betah untuk berlama-lama Karena fasilitas yang cukup membuat nyaman, otomatis akan meningkatkan penjualan. "Itu adalah konsep, kalau customer ingin berlama lama di tempat, silakan. Dengan adanya orang-orang nongkrong, kami merasa senang. Karena itu, berarti Upnormal menjadi second home," kata Hendra.
Awalnya, target pasar Upnormal memang hanyalah generasi muda. Namun, saat ini pasar Upnormal sudah meliputi semua kalangan. Hal ini menurut Hendra, lagi karena tempat dan suasana yang nyaman.
Menegnai persaingan bisnis, Hendra menganggap bahwa bisnis kuliner memiliki keunikan tersendiri dalam persaingan. Semakin ramai pemain kuliner, justru akan semakin baik. "Karena lidah, nyaman, dan harga itu relatif. Maka yang harus dipenuhi dalam bisnis kuliner adalah tempat yang nyaman, harga yang bersaing, dan yang penting rasa," ungkapnya.
Hendra menganggap bahwa bisnis lokal bukanlah menjadi pesaing baginya, tetapi menjadi teman bisnis. Pesaing sesungguhnya bagi bisnis kuliner lokal adalah brand asing.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait: