Berdasarkan data Cushman & Wakefield, tingkat rata-rata okupansi ruang kerja di kawasan pusat bisnis Jakarta di kuartal pertama (Q1) 2018 mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, dari 80,85% menjadi 76,67%. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya pasokan tambahan di kuartal pertama tahun ini.
Harga sewa kotor bulanan ruang perkantoran telah menurun sebesar 6,67% menjadi US$21,82 per meter persegi dan diperkirakan akan tetap berada di bawah tekanan sepanjang 2018. Tingkat kekosongan juga diperkirakan akan meningkat di tengah kesenjangan antara banyaknya pasokan dan rendahnya permintaan ruang perkantoran.
"Pasar properti mesti menerima dan melihat perkembangan coworking space sebagai salah satu cara berbisnis, bukan sebagai gangguan di pasar real estate," kata Associate Director Cushman & Herald, Christopher Widyastanto, melalui rilis yang diterima Warta Ekonomi, Kamis (19/7/2018), di Jakarta.
Christopher mengakui bahwa merger dan akuisisi dapat meningkatkan kekuatan perusahaan coworking space lokal di pasar domestik, namun ia menekankan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut harus memiliki identitas merek yang unik. Jika tidak, mereka akan dinilai tidak jauh berbeda dari ruang perkantoran tradisional dengan "penataan coworking".
"Biasanya, perusahaan coworking space yang sukses memiliki beberapa lokasi perkantoran serta program-program dan berbagai keuntungan yang dapat ditawarkan kepada para anggotanya," ujar Christopher.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait: