Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dolar AS Menguat atau Rupiah Melemah?

Dolar AS Menguat atau Rupiah Melemah? Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Belum selesai euforia positif pasca-Asian Games 2018 yang gegap gempita, masyarakat Indonesia dikagetkan oleh berita ekonomi di mana nilai tukar rupiah tidak berdaya oleh kekuatan dolar Amerika Serikat. Akhirnya, dolar AS menembus angka Rp15.000. Terjadi pergunjingan di mana-mana termasuk di WA grup dan Telegram Grup serta media sosial tentang ke mana arah pergerakan ini?

Televisi, radio, koran, dan media online sibuk memberitakan hal ini. Ada yang menyatakan dolar AS menguat terus dan menyalahkan Amerika serta negara lain, dan ada yang menyatakan memang rupiahnya saja yang melemah. Pertanyaan orang awam adalah sebenarnya apa yang terjadi? Dolar AS yang menguat atau rupiah yang melemah?

Untuk menjawab secara fair kita harus melihat dari dua sisi, yaitu dolar AS dan rupiah Indonesia. Selain rumor dan persepsi, suatu mata uang dari suatu negara akan menguat apabila terdapat fundamental ekonomi yang bagus. Nah, fundamental ekonomi ini banyak sekali indikatornya.

Beberapa yang sering dipakai oleh pakar ekonomi antara lain adalah: GDP dari suatu negara, ekspor vs impor termasuk defisit neraca perdagangan dan defisit neraca pembayaran, inflasi, suku bunga, jumlah pengangguran, cadangan devisa, dan banyak indikator lain. Demikian juga sebaliknya, ketika indikator di atas memburuk atau jelek, biasanya mata uang negara tersebut melemah alias turun nilainya.

Nah, ketika dolar AS naik yang terjadi memang secara fundamental dari negara adidaya tersebut membaik. Presiden Trump dengan janji kampanyenya: Make America Great Again sudah mulai menunjukan kuku-nya. Belum lagi perang dagang antara AS dengan China membuat negeri Tirai Bambu harus membuat strategi ulang.

Kondisi global ekonomi yang "dianggap membaik" kemudian menimbulkan reaksi naiknya nilai tukar dolar AS dibandingkan dengan seluruh mata uang lain di dunia.

Kalau diperhatikan dari berita-berita dan data secara Internasional, mata uang rupiah Indonesia menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terburuk melawan Amerika Serikat, meskipun ada yang membandingkan bahwa rupiah masih jauh lebih baik daripada Lira Turki, itu lain cerita. Nah, sampai di sini kita kemudian bertanya, ada apa?

Kalau membaca data-data ekonomi dan melihat kondisi pasar di mana ekonomi melemah, asing yang keluar dari bursa, kehilangan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan dan lain sebagainya, kemungkinan besar telah menyebabkan mata uang rupiah juga melemah.

Jadi dalam satu kejadian terjadi dua kutub yang saling tarik-menarik, satu ke atas (dolar AS) dan satu ke bawah (rupiah). Itulah sebabnya tidak heran kita melihat kenaikan yang sangat cepat dari dolar Amerika Serikat ke rupiah dibandingkan negara-negara lain di regional dan dunia.

Pertanyaannya adalah: lantas harus bagaimana menghadapi kondisi seperti ini? Jawabannya adalah seperti jawaban saya pada 1,5 tahun terakhir yaitu cash is the king. Strategi ini adalah strategi bertahan sambil bersiap bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (kalau investor jangka panjang justru malah diinginkan nih).

Apa saja itu? Hal-hal ini yang bisa dilakukan

1. Jangan buat utang baru;

2. Kurangi atau minimalkan pengeluaran yang bersifat konsumtif;

3. Simpan dana Anda di tempat yang sewaktu-waktu bisa ditarik tapi tahan terhadap inflasi seperti misalnya emas;

4. Perhatikan dana darurat Anda, penuhi jumlahnya, bila ada yang terpakai segera cicil kembali;

5. Perhatikan asuransi Anda, bila premi jatuh tempo segera bayar preminya secara tahunan, jangan bulanan;

6. Anda yang bermain saham agar berhati-hati, trading jangka pendek sekali jangan sampai "terkunci", jangan takut cut loss;

7. Anda yang investasi jangka panjang, teruskan dolar cost averaging Anda, tapi untuk dana baru fresh jangan dulu;

8. Hiduplah secara sederhana, jangan foya-foya;

9. Wait and see, lihat keadaan.

Seperti apa penjelasannya? Nanti akan saya bahas secara panjang lebar di tulisan sambungan berikutnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: