Meski Jatuh Bangun, Yasa Singgih Sukses Jadi Bos Brand Fesyen Miliknya
Ada lagi sosok milenial yang bisa Anda jadika role model untuk membangun sebuah bisnis. Yasa Paramita Singgih, sukses membangun bisnis Men’s Republic yang sudah ia rintis sejak zaman kuliah dan sudah berjalan selama lima tahun.
Nama pria kelahiran 23 April 1995 ini masuk ke dalam deretan nama 30 anak muda di Asia di bawah 30 tahun yang mampu memberi warna di bisnis e-commerce dan ritel versi Forbes.
“Sekarang saya jalanin satu brand fesyen pria namanya Men’s Republic, fokusnya pada bagian sepatu. Sekarang kita sudah jalan masuk tahun ke-5, dan tahun ini kita agak sedikit berubah nama company-nya menjadi Republican,” ujar Yasa, seperti yang dikutip dari laman Moneysmart.id (28/1/2019).
Di tahun ini, Yasa berencana ingin memperluas jangkauan bisnisnya. Ia ingin memasuki pasar produk fesyen wanita. Perjalanan Yasa hingga sampai di titik ini tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan, semua membutuhkan proses dan usaha yang maksimal. Berikut cerita Yasa dan bisnisnya:
Bukan bisnis yang pertama
Yasa mengaku bahwa dirinya sudah memiliki minal di dunia wirausaha semenjak berkuliah di Binus University Jakarta. Namun, Men’s Republic bukanlah bisnis yang pertama ia bangun. Yasa telah mengalami masa gagal sejak kuliah, dan ia terus belajar dari kegagalan tersebut bagaimana caranya membangun sebuah bisnis yang baik dan sustainable.
“Tapi (bisnis) yang sekarang ini adalah bukan yang pertama, setelah tiga, empat kali jatuh bangun, gagal, coba lagi, coba lagi. Kenapa terjun ke sini, karena sudah coba berbagai bisnis sebelumnya, sudah sempat masuk dulu masuk ke fesyen, terus sampai jualan rumah. Terus jualan kuliner, dan terus mencoba sepatu, dan ternyata sepatu ini yang hasilnya paling lumayan,” ungkapnya.
Harus jeli pada peluang yang ada
Pada awal bisnisnya, Yasa memang hanya menjual sepatu khusus untuk pria. Namun, lambat laun Men’s Republic terus mengembangkan varian produknya dengan menjual sepatu, tas, dompet, ikat pinggang hingga aksesoris pria lainnya, bahkan mulai tahun ini akan merambah fesyen wanita.
Kejelian melihat peluang bisnis sangat penting bagi setiap pengusaha. Dan kejelian itu dimiliki Yasa. Seiring berjalannya waktu, Yasa mulai melihat dirinya juga memiliki peluang untuk merambah produk di sepatu wanita.
“Sekarang melihat ada opportunity, karena setelah empat tahun kita jalan yang produk cowok hasilnya lumayan. Banyak orang tanya kenapa enggak bikin untuk fesyen cewek juga,” ungkapnya.
Awalnya, Yasa memanfaatkan e-commerce untuk menjual brand Men’s Republic miliknya. Sudah sejak awal berdiri, Men’s Republic memanfaatkan platform blog, Twitter, BBM. Saat ini Yasa mulai merambah platform lainnya, YouTube dan Instagram. Selain melalui ritel online, Yasa mulai menjalankan kerja sama dengan lima outlet di Jabodetabek, ritel offline.
Tantangan Membangun Bisnis
Dalam membangun bisnis tentu ada tantangan maupun halangan yang harus dihadapi dengan baik, agar bisnis yang dijalankan bisa terus sustainable.
Yasa menceritakan, saat membangun bisnis pada masa kuliah persoalan pertama adalah soal manajemen waktu, bagaimana membagi waktu yang tepat untuk kuliah, maupun mengelola bisnis.
“Tantangan internal kayak mengatur waktu kuliah dan usaha, terus juga awalnya modal enggak punya banyak. Jadi ya kita mesti pakai strategi kreatif biar enggak perlu modal banyak,” kata Yasa.
Selain manajemen waktu, dari sisi bisnis, tantangan juga datang menghadang, yakni membangun brand kepada masyarakat.
“Semuanya butuh waktu, kita enggak bisa bikin brand enam bulan, satu tahun langsung booming, dan penjualannya tinggi banget. Jadi ada proses mendirikan brand, menciptakan kepercayaan ke customernya,” jelas Yasa.
Sedangkan tantangan dalam memproduksi produk Men’s Republic adalah sumber daya manusia, yakni perajin sepatu yang mampu membuat sepatu sesuai dengan standar kualitas Men’s Republic.
“Lebih ke mendapatkan perajin yang baik untuk produk. Kita sempat berapa kali mengalami trial error. Pindah-pindah itu sudah pasti banget. Dari awal sampai dengan sekarang mungkin kita selalu trial satu perajin terus enggak bagus kita tidak pindah pindah lagi ke yang lain, itu salah satu challenge nya,” ungkap Yasa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: