Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Diprediksi Naik, Investasi Hotel di Asia Pasifik Kantongi Transaksi Menarik

Diprediksi Naik, Investasi Hotel di Asia Pasifik Kantongi Transaksi Menarik Kredit Foto: Gran Melia Jakarta
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menurut penelitian konsultan real estat global JLL, diperkirakan volume transaksi hotel di wilayah Asia Pasifik meningkat 25 hingga 30 persen dibanding tahun lalu menjadi lebih dari US$11 miliar pada 2019.

"Terlepas dari situasi ekonomi yang kurang menentu dan meningkatnya sentimen politik, hotel-hotel di Asia Pasifik memperlihatkan prospek bisnis yang meyakinkan di tengah pertumbuhan industri pariwisata serta penurunan suku bunga dan imbal hasil obligasi," kata Mike Batchelor, CEO JLL Hotels & Hospitality Asia Pacific, dalam keterangan tertulis yang diterima Warta Ekonomi (31/10/2019).

Baca Juga: JLL: Investasi Hotel di Asia Pasifik Akan Meningkat 15 Persen pada 2019

Lanjut Mike, permintaan yang kuat tahun ini didukung oleh perusahaan ekuitas swasta, pengembang, dan klien domestik. Hal itulah yang membuat JLL yakin bahwa 2019 akan menjadi tahun ketiga dengan volume transaksi tertinggi dalam satu dekade terakhir. Hingga saat ini, hanya tahun 2017 dan 2015 yang mampu melampaui volume transaksi lebih dari US$ 11 miliar.

Menurut JLL, investasi hotel di wilayah Asia Pasifik telah mencapai US$7,8 miliar selama sembilan bulan pertama tahun ini. Di seluruh Asia Pasifik, prospek pasar hotel tetap positif. Di China, menurunnya permintaan sewa kantor dan penjualan ritel telah mengalihkan perhatian investor ke hotel-hotel yang berada di wilayah dengan kinerja perdagangan yang meningkat.

Sementara itu, Singapura menantikan beberapa transaksi penting tahun ini. Pada bulan September, JLL menyarankan OUE Limited untuk menjual Oakwood Premier OUE Singapura ke perusahaan joint-venture Hong Kong sebesar US$209 juta. Baru-baru ini, JLL menandatangani perjanjian penjualan Andaz Singapura yang merupakan transaksi aset hotel tunggal terbesar dalam sejarah kota pulau itu, bernilai US$344 juta.

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa meski investor domestik aktif di pasar dalam negeri mereka, terutama di Jepang dan China, masih ada ceruk investasi asing yang menunggu untuk mengeksplorasi pertumbuhan pariwisata yang kuat dan imbal hasil yang tinggi di kawasan ini. Korea Selatan, contohnya, mencatatkan kenaikan tajam investasi asing pada tahun 2019. Para investor asing perlahan menguasai akses pasar yang ketat di saat investor institusi memilih keluar setelah berakhirnya periode investasi.

Mr Nihat Ercan, Managing Director, Head of Investment Sales Asia, JLL Hotels & Hospitality mengatakan bahwa sampai tahun 2015, transaksi di Korea Selatan murni transaksi domestik, tapi saat ini transaksi antarnegara mencapai seperempat dari total jumlah transaksi. "Selagi pasar berkembang lebih dalam, kita bisa berharap bahwa investor asing akan mencatatkan transaksi yang lebih besar," ujar Nihat Ercan.

Pasar menarik yang lainnya yaitu Maladewa, seperti yang tercantum dalam laporan tersebut. Reputasinya sebagai tujuan wisata yang paling diburu sudah menarik sekitar US$ 260 juta dalam transaksi antarnegara tahun ini saja.

"Ketika investor-investor domestik atau asing tengah mencari peluang imbal hasil yang lebih tinggi di Asia Pasifik, sektor perhotelan akan terus bersinar," Ercan menyimpulkan.

"Kami yakin bahwa momentum investasi ini akan terus mendorong volume transaksi hotel di kawasan ini memasuki tahun 2020," tutup Ercan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: