Di tengah pandemi Covid-19 yang berdampak pada UMKM, kebijakan era normal baru atau new normal oleh pemerintah diharapkan membangkitkan lagi geliat bisnis sehingga laju perekonomian bisa terus bergerak.
Pasalnya, berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM), setidaknya ada 163.713 UMKM dan 1.785 koperasi terkena dampak Covid-19. Turunnya permintaan secara signifikan menjadi permasalahan utama bagi ekonomi UKM.
Baca Juga: Bertahan Hidup, UMKM Butuh Kehadiran Pemerintah
Untuk bertahan pada situasi saat ini, masyarakat harus bijak dalam merancang strategi dan inovasi dalam berbisnis dengan memilih sektor bisnis yang menjadi prioritas sektor Covid-19 benefit, seperti yang disebutkan oleh Sandiaga Uno dalam Virtual Talkshow bertema "Strategi Korporasi dalam Membantu dan Mengembangkan UMKM Indonesia di Era New Normal", Kamis (18/6/2020).
Selain itu, pemerintah dan korporasi perlu memperhatikan bagaimana cara meningkatkan kewirausahaan melalui generasi milenial yang sebenarnya 55% ingin mandiri dengan membuka usaha sendiri. Tentu ini menjadi gerbang di era new normal dan masyarakat harus sudah mulai melakukan akselerasi digital dengan cara kolaborasi atau mewadahi anak muda dalam memulai usaha.
"Tahun 1998 dan 2008 sektor korporasi sempat bailout akibat krisis yang terjadi di negara ini, tapi UMKM tetap kokoh dan tangguh sebagai frontman dalam menyelamatkan perekonomian nasional. Namun, 2020 UMKM menjadi yang paling terpukul jatuh di ronde awal," ungkap Sandiaga Uno.
Namun, pemerintah tidak ambil diam dalam menyikapi hal tersebut. Melalui Kementerian Koperasi dan UMKM, Teten Masduki mengungkapkan bahwa dia optimis UMKM Indonesia dapat recovery dengan cepat. Teten juga memberikat 5 paket kebijakan yang disinyalir membantu UMKM Indonesia untuk cepat pulih. Diharapkan, pada tahun 2021 kondisi perekonomian melalui sektor UMKM dapat kembali stabil.
Maka dari itu, pembangunan UMKM menjadi prioritas pembangunan dalam meningkatkan daya beli dengan menciptakan program yang berkaitan dengan produksi dan pelatihan khusus dalam meningkatkan kapasitas UMKM.
"Kita mendorong UMKM lagi di sentra-sentra, kalo perlu nanti ada kawasan ekonomi khusus untuk UMKM, ada kawasan berikat untuk UMKM, supaya lebih mudah pembinaanya. Permasalahannya sekarang banyaknya UMKM yang gagal masuk ke platform digital adalah kurangnya produksi ketika adanya permintaan yang banyak ketika masuk market online," tangkas Teten.
Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah akuntabilitas dalam mengelola keuangan dan mitigasi krisis. Banyak pelaku UMKM yang belum memahami bagaimana mengelola keuangan secara efektif. Seringkali menemukan kasus bahwa UMKM masih "buta akuntansi". Tidak adanya catatan keuangan bisnis akan menyulitkan UMKM apa yang harus diprioritaskan.
Untuk itu, ada 3 hal penting dalam mengelola atau memulai suatu bisnis menurut Melvin Mumpuni, yaitu komunikasi, perkuat sistem SDM, dan kuasai apa yang akan diproduksi. Itu menjadi pemahaman dasar bagaimana mindset yang harus dikelola seorang yang ingin memulai usaha.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum