Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah memberikan sinyal adanya resesi. Gejala itu sudah terasa sejak adanya pelambatan ekonomi yang sebenarnya sudah terlihat dari awal tahun ini.
Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan memproyeksi perekonomian akan kembali minus 2,9% hingga 1%. Artinya, Indonesia sudah mengalami dua kali perekonomian minus, setelah sebelumnya pada kuartal II-2020 minus 5,3%.
Baca Juga: Ngeri! Bandingkan dengan Krisis Global 2008-2009, Sri Mulyani: Dampak Covid-19 Sangat Kompleks
Kondisi ketidakstabilan ekonomi ini merupakan situasi tidak biasa di mana Indonesia alami krisis ekonomi sejak 1998. Dalam buku Oto Biografi Manusia Ide (Tahun 2016), Mochtar Riady mengisahkan bagaimana situasi krisis ekonomi. Berikut ini kisah selengkapnya seperti dikutip Minggu (27/9/2020).
4 Naga Kecil Asia
Kita semua maklum bahwa dari tahun 1960 hingga 2000, selama 40 tahun, ekonomi Asia telah mengalami tiga kali kemajuan pesat. Dimulai dari Jepang yang menampung industri padat karya berikut teknologinya dari Amerika Serikat. Selanjutnya, Jepang merelokasi kembali industri padat karya tersebut ke Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, dan Singapura.
Ini menjadikan ekonomi mereka meningkat pesat dan dijuluki sebagai "Empat Naga Kecil Asia". Kemudian, mereka merelokasikan industru padat karya berikut teknologinya ke Thailand, Filipina, Malaysia, dan Indonesia, tetapi keempat negara terakhir ini kurang berhasil.
Ketika melaksanakan politik ekonomi bebas pada tahun 1990, Tiongkok banyak menampung relokasi industri padat karya dan seperangkat teknologinya.
Kebijakan sistem ekonomi pasar bebas Tiongkok yang didukung seperangkat pengembangan pendidikan dan teknologi di dalam negeri membuat ekonomi Tiongkok dapat dengan cepat mencapai keberhasilan gemilang. Diperkirakan Tiongkok sudah melampaui ekonomi "Empat Naga Kecil Asia", bahkan Jepang sekalipun.
Ketika dua kali di Asia terjadi gelombang pengalihan industri labour intensive, situasi politik di Indonesia tidak kondusif karena bernuansa politik anti-Barat sehingga tidak mau menangkap kesempatan tersebut.
Krisis Keuangan Asia
Pada tahun 1975, Presiden Soekarno melaksanakan kebijakan ekonomi bebas ala Barat dengan menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan mulai menerima teknologi dan industri padat karya. Namun, hal itu belum terlaksana dengan baik dan intensif. Lalu, datanglah serangan krisis keuangan Asia.
Ketika Asia dilanda krisis keuangan pada 1998, perekonomian negara Asia mengalami kelumpuhan, termasuk ekonomi Indonesia. Namun, sebaliknya, fenomena ini sangat meguntungkan perkembangan ekonomi Tiongkok.
Para pelaku ekonomi Wall Street Amerika Serikat, sebagai penyebab krisis ekonomi Asia, menebarkan berita bohong, isu negatif tentang kondisi ekonomi negara Asia. Berita bohong atau gosip itu sengaja disebarkan untuk membuat orang menjadi galau dan kacau sehingga hilang kepercayaan terhadap bank dan pemerintah.
Padahal, kepercayaan adalah nyawa perbankan dan pemerintah. Para sekumpulan Wall Street bersekongkol dengan investmen bank, mengandalkan pengaruh kekuatan ekonominya dan menyebarkan berita bohong sehingga dengan gampang dapat memborong mata uang negara-negara Asia dengan harga rendah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: