Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peneliti Yakin Isu HAM Akan Mengudara dalam Pemerintahan Biden, Ini Alasannya...

Peneliti Yakin Isu HAM Akan Mengudara dalam Pemerintahan Biden, Ini Alasannya... Kredit Foto: Antara/REUTERS/Kevin Lamarque
Warta Ekonomi, Jakarta -

Peneliti Marapi Advisory & Consulting Bidang Keamanan dan Pertahanan, Beni Sukadis, menilai isu hak asasi manusia (HAM) mungkin saja akan diangkat oleh presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dalam politik luar negerinya. Namun, persoalan itu bukan yang utama dalam beberapa waktu ke depan.

"HAM hanya sedikit diangkat tapi bukan fokus utama. Karena yang galak sebenarnya Kongres AS, bukan eksekutif. Kita harus lihat juga siapa Security of State AS yang akan dipilih Biden," jelas Beni kepada Republika, Senin (9/11/2020).

Baca Juga: Biden Dihadapkan Normalisasi, Palestina Mau AS Setop Boikot Politik

Dia menjelaskan, persoalan HAM memang mungkin saja akan diangkat oleh Biden dalam masa pemerintahannya. Namun, dalam beberapa waktu ke depan pemerintah ASĀ  masih akan berkonsentrasi pada persoalan Covid-19 di dalam negeri.

"Sehingga menurut saya tidak terlalu fokus, soal politik luar negeri tetap fokus Laut China Selatan (LCS), nuklir Korea, dan multilateralisme," ungkap Beni.

Terpilihnya Biden juga ia nilai tidak akan berpengaruh banyak terhadap pertahanan Indonesia. Menurutnya, AS menganggap Indoensia sebagai mitra terdekat di Asia Tenggara untuk menghadapi China di LCS.

"AS menganggap Indonesia sebagai mitra terdekat di Asia Tenggara untuk menghadapi agresivitas China di LCS. Sehingga sangat mungkin Indonesia menjadi mitra keamanan terdekat selain dengan Singapura, Vietnam dan Filipina," kata Beni.

Beni juga mengatakan, hubungan militer antara kedua negara termasuk yang terbesar jika dibandingkn antara Indonesia dengan negara lain. Dia menjelaskan, berdasarkan data pada 2018-2019, setidaknya ada hampir 200 kegiatan per tahun terkait kerja sama pertahanan antara AS dengan Indonesia.

"Artinya kerjasama di bidang alat utama sistem persenjataan dan peningkatan kapasitas militer kita akan tetap seperti yang sudah ada," jelas dia.

Capres AS dari Partai Demokrat, Joe Biden, telah memenangkan Pilpres. Ia meraih 290 suara elektoral, sementara pejawat Donald Trump 214. Dibutuhkan 270 suara untuk melenggang ke Gedung Putih.

Joe Biden telah menyampaikan pesan pertamanya sebagai bentuk perayaan sekaligus penyembuhan. Menurutnya telah terjadi pertarungan sengit dan memecah belah ketika proses pemilu kemarin.

Seperti dilansir dari USA Today, ia mengatakan Amerika selalu dibentuk oleh titik-titik perubahan. Pada saat-saat tertentu menurutnya Amerika telah membuat keputusan sulit tentang siapa yang diinginkan oleh negara tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: