Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tuduh Rezim Zionis Bunuh Ilmuwan Nuklir, Rouhani: Perang di Akhir Pemerintah Trump

Tuduh Rezim Zionis Bunuh Ilmuwan Nuklir, Rouhani: Perang di Akhir Pemerintah Trump Kredit Foto: Tasnim News
Warta Ekonomi, Teheran -

Presiden Iran Hassan Rouhani menuduh Israel yang membunuh ilmuwan nuklir Teheran, Mohsen Fakhrizadeh, dalam penyergapan siang hari. Menurutnya, pembunuhan itu bertujuan untuk menyeret kawasan setempat ke dalam perang ketika Donald Trump masih menjadi presiden Amerika Serikat (AS).

Komentar tersebut dibuat selama konferensi pers di Teheran kemarin, di mana Rouhani menyoroti bahwa prioritas utama Iran adalah memastikan keamanan dan stabilitas kawasan. 

Baca Juga: Polemik Puisi Erdogan, Hassan Rouhani Nyamber: Iran Bisa Bergerak Lebih dari Ini

"Mengobarkan ketidakstabilan dan perang di hari-hari terakhir pemerintahan Trump adalah tujuan utama rezim Zionis dalam pembunuhan ini," kata Rouhani, seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (15/12/2020).

Para pemimpin Iran telah berjanji untuk membalas dendam atas pembunuhan Fakhrizadeh, tetapi mereka akan menunggu waktu dan tempat yang tepat, agar tidak mengguncang kawasan itu selama masa transisi presiden AS.

Fakhrizadeh dibunuh pada 27 November ketika konvoinya diserang di sebuah area yang berjarak 175 kilometer dari Teheran. Iran dengan cepat menuduh Israel melakukan pembunuhan tersebut dan menangkap orang-orang yang dituduh terlibat.

Fakrizadeh pernah bekerja sebagai kepala Organisasi Riset dan Inovasi Pertahanan Iran dan dipandang sebagai tokoh kunci dalam program nuklir negara itu. Israel sejauh ini belum merilis komentar resmi atas insiden tersebut.

Selama konferensi pers, Rouhani membahas masalah Amerika yang membatalkan kesepakatan nuklir Iran dan menyatakan kesediaan untuk bekerja dengan pemerintahan Joe Biden setelah dia mengambil alih kekuasaan dari Trump untuk memperluas hubungan dengan negara-negara Barat.

Presiden Iran mengatakan negaranya tidak akan menerima prasyarat apa pun dan bahwa kesepakatan nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) tidak terbuka untuk negosiasi ulang. Dia memberi tahu AS bahwa satu-satunya pilihan adalah Amerika bergabung kembali dengan proposal awal.

Jika AS menerima persyaratan itu dan mencabut sanksi yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump, pemimpin Iran itu menegaskan bahwa bangsanya akan mematuhi aturan asli yang diterapkan dalam JCPOA.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: