Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Permintaan Minyak Dunia Terus Turun, Pertamina Siap Kembangkan Energi Hijau

Permintaan Minyak Dunia Terus Turun, Pertamina Siap Kembangkan Energi Hijau PT Pertamina (Persero) menyepakati penjualan gas bumi sebesar 318,65 Billion British Thermal Unit per Day (BBTUD) untuk kebutuhan industri domestik. | Kredit Foto: Itimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Pertamina (Persero) memastikan kesiapannya dalam menghadapi transisi energi global dengan menjalankan inisiatif strategis untuk pengembangan green energy sekaligus mendukung target pemerintah dalam pengembangan energi baru terbarukan. Mengacu pada Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), Pertamina dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) menetapkan program green transition pada 2035.

Saat ini, penurunan permintaan minyak dunia telah mencapai 35 persen dan diperkirakan pada tahun 2035 akan menjadi 24 persen. Sebaliknya, kebutuhan energi bergeser ke renewable energy yang meningkat hingga 30 persen. Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan bahwa langkah dan inisiatif strategis yang dilakukan Pertamina saat ini sejalan dengan agenda perusahaan minyak dan gas dunia.

Baca Juga: Kinerja Positif di 2020, Bukti Komitmen Pertamina di Operasional Kilang

Seluruh perusahaan energi global bergerak untuk mengantisipasi tren penurunan permintaan minyak yang cukup tajam dan akan terjadi di masa depan. Permintaan dan konsumsi minyak dunia diperkirakan akan turun dari 110 juta barel per hari menjadi sekitar 65-73 juta barel per hari.

"Dengan dasar ini, Pertamina melakukan transisi dengan perubahan global. Kami melihat bagaimana international oil company lain juga merespons ini. Intinya agenda untuk menurunkan gas rumah kaca, carbon emission, ini menjadi agenda dari seluruh oil company di seluruh dunia," kata Nicke, Selasa (2/2/2021).

Agenda strategi yang pertama adalah mengembangkan energi listrik dengan monetisasi aset panas bumi melalui Independent Power Producer (IPP) untuk mengembangkan 1,3 GW proyek panas bumi serta IPP berbasis surya di area dengan iradiasi matahari tinggi dan menjalin kemitraan strategis untuk pembuatan sel surya. Namun, dalam jangka pendek akan fokus dalam penerapan Solar PVdi lingkungan Pertamina Group melalui sinergi antara subholding dan captive market di BUMN.

Kedua, lanjut Nicke, adalah mengoptimalkan penggunaan energi ramah lingkungan untuk mobilitas di sektor transportasi dengan mendukung pemerintah melaksanakan biodisel 30 persen (B30), Green Refiniery, dan Co Processing CPO. Pertamina juga menyiapkan produksi baterai melalui kemitraan dengan penyedia teknologi baterai dan BUMN serta menyediakan infrastruktur pengisian daya untuk mobil listrik (E2W dan E4W).

"Inisiatif kita melakukan transisi dari fossil fuel ke bio energy ini dapat menurunkan gas rumah kaca. Dari hasil studi, ini bisa menurunkan gas karbon monoksida maupun emisi dari gashidrokarbon antara 20 hingga 50 persen emisi," kata Nicke.

Sementara agenda ketiga, mengupayakan bahan bakar dengan optimalisasi sumber energi lain yang tersedia di dalam negeri, salah satunya dengan melakukan gasifikasi batu bara kadar rendah menjadi Dimethyl Ether (DME) untuk substitusi LPG dalam rangka mengurangi impor dan menghasilkan energi yang lebih bersih. Dalam masa transisi, Pertamina mengembangkan sejumlah proyek gas sebagai energi transisi antara fuel dan new renewable energy.

Nicke menuturkan, untuk gas, Pertamina mengembangkan gas untuk transportasi, household dengan target yang ditetapkan pemerintah adalah membangun 30 juta jaringan gas (city gas) di 2050.

Porsi terbesar yang diharapkan tumbuh adalah gas untuk industri. Oleh karena itu, tambah Nicke, syarat penting untuk meningkatkan pemanfaatan gas adalah mengembangkan teknologi-teknologi hilirisasi gas. Diperkirakan, kebutuhan gas akan mencapai 10,5 BSCFD di tahun 2050 yang porsinya adalah 92 persen dari konsumsi gas nasional.

"Pemanfaatan gas mempunyai posisi yang penting saat ini karena gas merupakan sumber energi transisi yang menjadi jembatan antara conventional energy dan renewable energy," tutur Nicke.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: