Di era digital 4.0, Kementerian Komunikasi dan Informatika menjadi rumah bagi generasi muda dalam pengembangan teknologi demi kemajuan bangsa Indonesia.
"Setiap program Kementrian Kominfo merupakan satu-satunya cara menangkap opportunity yang ada, karena begitu banyak program di Kementerian ini. Saya yakin ini sangat bermanfaat bagi bangsa Indonesia, bagi generasi yang betul-betul ingin memanfaatkan teknologi," ungkap Anggota Komisi I DPR RI, Dr. H. Syarief Hasan, MM, MBA dalam webinar Literasi Digital Desa Digital, dengan tema: "Pemanfaatan Teknologi Digital Untuk Pembentukan Ekosistem Bisnis” diselenggarakan oleh Ditjen Aptika Kominfo, Rabu (27/10/2021).
"Karena saat ini Pemerintah sudah mempersiapkan begitu banyak teknologi, infrastruktur yang sudah disiapkan oleh Negara dan ini tentunya dengan satu tujuan agar masyarakat Indonesia khususnya generasi muda dapat memanfaatkannya demi kepentingan meningkatkan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, memperbaiki kemiskinan," sambungnya.
Syarif pun mengimbau generasi muda selalu berada dalam jalur kreativitas yang tinggi. Sehingga mampu melahirkan inovasi baru dalam pengembangan teknologi untuk kepentingan bangsa.
"Dengan begitu kita sudah memberikan kontribusi terhadap Bangsa dan Negara Indonesia.
Untuk itu saya menghimbau kepada generasi muda untuk tetap kreatif, inovatif, dan bekerja untuk masa depan bangsa ini," ungkap dia.
Sementara itu, Dirjen Aptika Kominfo, Samuel Abrijani Pangarepan, B. Sc., mengatakan, kehadiran pandemi dan kemajuan teknologi akan merubah cara beraktifitas dan bekerja. Kehadiran teknologi sebagai bagian dari masyarakat yang dapat mempertegas dalam menghadapi distrupsi teknologi.
"Untuk menghadapi hal tersebut kita harus mempercepat kerjasama kita dalam mewujudkan agenda transformasi digital Indonesia. Salah satu pilar penting dalam terwujudnya agenda transformasi digital adalah menciptakan masyarakat digital, karena memegang peranan penting didalamnya. Sebagai tingkat paling dasar dan krusial dalam menghadapi perkembangan teknologi saat ini yang tidak hanya mengenal teknologi, namun juga cermat dalam menggunakannya," ungkap Samuel.
Samuel mengatakan, untuk itu Pemerintah melalui Kominfo terus berkomitmen untuk meningkatkan literasi digital dalam inisiatif kegiatan, yang diharapkan memfasilitasi dan mendorong masyarakat digital Indonesia.
"Indeks digital Indonesia hanya ada sedikit di atas tingkat sedang dan belum di tingkat baik, untuk itu pemerintah dan lainnya mengadakan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan digital masyarakat indonesia," sebutnya.
Peneliti Catha Politica Indonesia, Mawardin menambahkan, hoax atau berita bohong senantiasa bermutasi dalam segala musim dan cuaca.
Mawardin menyontohkan satu kasus terbongkarnya sindikat Saracen yang beroperasi sejak pemilu 2014. Kelompok Saracen adalah penyedia jasa konten kebencian berdasarkan suku, agama, ras, dan antargolongan dengan memakai ribuan akun media social.
"Laju penyebaran hoax mesti dicegah, bukan hanya mengikat kaki pendengung, tapi juga memburu kepala di balik kejahatan dunia maya (cyber crime) tersebut. Dalam konteks itulah, melawan penjahat hoax bukan hanya melalui instrumen legalistik (UU Informasi dan Transaksi Elektronik), tapi juga gerakan kultural dari semua pihak yang peduli akan terciptanya ruang publik yang sehat," ungkapnya.
Menurutnya, di tengah defisit daya kritis warganet, jejaring medsos seperti Facebook, Twitter, Youtube, Instagram, TikTok dan WhatsApp menjadi kanalisasi disinformasi yang masif. Hulunya adalah kelangkaan simpul informasi yang mencerahkan. Sedangkan hilirnya adalah warga yang problematik dalam aspek kognisi ditambah krisis literasi, lalu terinfeksi hoax.
Untuk itu, intelektual publik harus menguasai mimbar-mimbar ide di pelbagai kanal percakapan. Intelektual publik berposisi sebagai aktor komunikasi diskursif untuk merasionalisasi opini publik.
"Jika intelektual publik tidak bersatu padu, maka bukan sesuatu yang mustahil, kekosongan itu diboncengi oleh grup garis keras yang bertendensi ingin mengobok-obok republik ini. Kita harus menyadari bahwa hoax ini adalah musuh bersama," ujarnya.
Konten Kreator & Founder Manatauid Indra Dahfaldi Nasution mengatakan, hoaks adalah manipulasi berita yang sengaja dilakukan dan bertujuan untuk memberikan pengakuan atau pemahaman yang salah. Di dalam berita hoaks terdapat penyelewengan fakta yang membuatnya.
Adapun beberapa jenis hoaks, yaitu hoaks virus, hoaks kirim pesan berantai, hoaks urban legend, hoaks kisah sedih, dan hoaks pencemaran nama baik.
Ketua Dewan Pers 2016-2019 Yosep Adi Prasetyo, menyebutkan ada sejumlah ciri-ciri berita hoaks: Menciptakan kecemasan, kebencian, permusuhan. Sumber tidak jelas dan tidak ada yang bisa dimintai tanggung jawab atau klarifikasi. Pesan sepihak, menyerang, dan tidak netral atau berat sebelah. Mencatut nama tokoh berpengaruh atau pakai nama mirip media terkenal. Memanfaatkan fanatisme atas nama ideologi, agama, suara rakyat.
"Judul dan pengantarnya provokatif dan tidak cocok dengan isinya" ungkapnya.
Beliau mengatakan "Ada beberapa langkah mengidentifikasi mana berita hoaks dan mana berita asli dengan cara: Hati-hati dengan judul provokatif, cermati alamat situs, periksa fakta dan cek keaslian foto," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: