Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rizal Ramli Komandoi 200 Jenderal, Ferdinand: Kasihan, Cocok Jadi Penulis Cerita Pendek Fiksi

Rizal Ramli Komandoi 200 Jenderal, Ferdinand: Kasihan, Cocok Jadi Penulis Cerita Pendek Fiksi Kredit Foto: Instagram/Ferdinand Hutahaean
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mantan politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean komentari Pernyataan Rizal Ramli mengenai Soeharto.

Kala itu, Rizal Ramli memberikan komando kepada para jenderal untuk melengserkan Soeharto dari jabatan Presiden.

Baca Juga: Demi Lengserin Presiden, Rizal Ramli Beraksi, Ratusan Jenderal-Jenderal Diberi Komando!

Pernyataan ini lantas disoroti Ferdinand dan menyebut bahwa ia merasa kasihan kepada Rizal Ramli.

"Kayaknya dia lebih cocok jadi penulis cerita pendek fiksi daripada disebut ekonom," kata Ferdinand dari Twitter @FerdinandHaean3 yang dikutip pada Senin (13/12/2021).

Kata dia, Soeharto jatuh karena Rakyat dan Mahasiswa. "Bukan karena Jenderal dan bukan karena Rizal Ramli," imbuhnya.

Sebelumnya, Rizal Ramli, membocorkan pengalaman pribadinya saat memberikan komando untuk melengserkan Presiden RI Soeharto, sekitar akhir tahun 1997 tepatnya bulan Oktober.

Ia mengaku sempat diundang para petinggi TNI (Tentara Nasional Indonesia) atau sebelumnya bernama ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).

Bahkan, ia menyebut acara yang digelar di Seskogab (Sekolah Staf Komando Bagian Gabungan), Bandung, dihadiri 200 jenderal dan kolonel.

“Pada bulan Oktober 97, saya diundang untuk bicara di Sekogab di Bandung. Pada waktu itu Letnan Jenderal Ari Kumaat kepalanya. Ada 200 jenderal dan kolonel yang hadir,” cetusnya saat berbincang bersama Refly Harun, seperti dilihat dalam videonya, Jumat (10/12/2021).

“Pada waktu itu yang bicara pertama Jenderal Sayudiman, dia bilang waktu itu Oktober 97 Indonesia saat krisis, dia waktu itu bilang ‘tidak ada pilihan bagi ABRI, kecuali dukung Presiden Soeharto all out’,” ujarnya.

Kemudian, Rizal Ramli mengaku sempat berlawan pendapat dengan Jenderal Sayudiman. Ia dengan tegas mengatakan jika Indonesia sudah dalam keadaan retak, maka Soeharto dipastikan bisa lengser.

“Proses giliran saya, saya bilang kalau 180 derajat berbeda dengan Jenderal Sayudiman. Saya ibaratkan waktu itu Indonesia sebagai bola kaca yang sudah retak. Kemudian teman-teman pro demokrasi ngomong di hadapan tentara kalau sudah tidak sabar, 32 tahun Soeharto berkuasa,” tutur dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: