Erick Thohir Menemui Sri Sultan Hamengku Buwono X , Ternyata untuk Bicarakan Ini

Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menemui Gubernur Daerah Istimewa Jogjakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kepatihan, Jogjakarta, Senin (21/2).

Mereka membicarakan pembangunan jalan tol serta pengembangan pariwisata Candi Borobudur.

Baca Juga: PBNU Sambut Baik Komitmen Erick Thohir Dorong NU Punya 250 BUMN Sendiri

”Tadi kami bicara bagaimana bagi saya ada kepastian untuk tol sama kepastian untuk Borobudur,” kata Sultan HB X seperti dilansir dari Antara seusai melakukan pertemuan tertutup dengan Menteri Erick, Senin (21/2).

Menurut Sultan, pembebasan lahan serta pelaksanaan pembangunan menjadi salah satu yang dibicarakan terkait pembangunan tol yang bakal melintasi wilayah Jogjakarta. ”Karena itu (pembangunan tol di Jogjakarta) akan termasuk BUMN pelaksananya ya,” ujar Ngarsa Dalem sapaan Sultan HB X.

Selain itu, keduanya juga membicarakan mengenai program pengembangan pariwisata di Candi Borobudur. Hal tersebut bakal berdampak pada wilayah Jogjakarta, Solo, dan Semarang (Joglosemar).

Menurut Sultan, pembagian ruang dalam pelaksanaan program itu memerlukan kepastian. Sebab, melibatkan berbagai instansi sehingga diharapkan tidak ada benturan.

”Karena itu kan juga menyangkut beberapa BUMN apalagi kan Borobudur sama Prambanan juga sudah dimaintain sama BUMN Borobudur-Prambanan (PT TWC). Saya enggak mau ada benturan dengan otoritas Borobudur karena di dalam program kepastiannya bagaimana menurut saya belum jelas,” kata Sultan.

Sekretaris Daerah (Sekda) DI Jogjakarta Kadarmanta Baskara Aji menambahkan, Sultan HB X bersama Menteri Erick juga membicarakan mengenai pengamanan ketersediaan bahan pangan di Jogjakarta seiring terbentuknya Badan Pangan Nasional (BPN).

Baca Juga: Erick Thohir Harap Perbankan Nasional di Luar Negeri Dapat Melebarkan Bisnis Internasional

BPN secara khusus bakal menangani pengamanan bahan pangan baik ketersediaan maupun kestabilan harga untuk beras, jagung, dan kedelai.

”Di Jogjakarta kan tiga komoditas itu termasuk yang rentan terhadap surplus maupun kekurangan pada saat-saat tertentu,” ujar Baskara Aji. (JPC)