Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ambyar! Pakar Bicara Kemungkinan Terburuk yang Terjadi di KTT G20 Indonesia, Mohon Doanya

Ambyar! Pakar Bicara Kemungkinan Terburuk yang Terjadi di KTT G20 Indonesia, Mohon Doanya Foto keluarga KTT G20 Italia tahun 2021. | Kredit Foto: G20
Warta Ekonomi, Jakarta -

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana mengatakan Indonesia menjadi medan tarik-menarik dalam konflik Rusia dengan Amerika Serikat (AS) terkait situasi di Ukraina.

“Indonesia pun menjadi medan tarik menarik bagi konflik Rusia dengan AS dan sekutunya mengingat Indonesia akan menyelenggarakan KTT G20 bulan November mendatang,” ujar Hikmahanto Juwana dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (24/3/2022).

Baca Juga: Ternyata Ini Pertimbangan Amerika dan Barat untuk Tendang Rusia dari G20 Indonesia

AS dan sekutunya minta kepada Indonesia sebagai Presiden G20 untuk mempertimbangkan keanggotaan Rusia, kata dia.

“Australia mengancam tidak akan hadir dalam KTT bila Rusia hadir. Sementara Dubes Rusia mengkonfirmasi kehadiran Presiden Putin di Indonesia,” katanya sebagaimana dilansir Antara.

Indonesia, melalui Kemlu, harus segera bertindak agar KTT G20 sukses dan memastikan semua kepala pemerintahan dan kepala negara hadir, menurut Hikmahanto.

“Ada tiga langkah yang harus dilakukan. Pertama, Kemlu harus turun menjadi juru damai atas konflik yang terjadi di Ukraina dan saat ini meluas antara AS dengan sekutunya dan Rusia,” ujarnya.

Ia mengatakan Kemlu bisa meminta perwakilan Indonesia di AS dan negara-negara sekutunya untuk mengidentifikasi apa yang diminta terhadap Rusia.

Sementara itu, perwakilan Indonesia di Rusia menjalankan langkah yang sama, kata Hikmahanto.

“Selanjutnya, Menlu, berdasarkan masukan dari perwakilan Indonesia, merumuskan solusi yang tepat untuk ditawarkan baik ke AS dan sekutunya dan ke Rusia,” kata dia.

Langkah kedua, Hikmahanto menyebutkan, adalah menteri luar negeri RI atau utusan khusus harus melakukan shuttle diplomacy atau diplomasi ulang alik untuk membicarakan solusi yang ditawarkan oleh Indonesia.

“Langkah terakhir, bila diperlukan Menlu dapat meminta Presiden untuk melakukan pembicaraan langsung dengan Presiden Putin dan Presiden Joe Biden agar konflik segera diakhiri demi kemanusiaan dan keselamatan serta perekonomian dunia,” kata Hikmahanto.

Ia mencatat bahwa serangan Rusia ke Ukraina tidak kunjung usai dan gencatan senjata masih belum berhasil.

Pascapengenaan sanksi ekonomi oleh AS dan sekutu-sekutunya, konflik semakin meluas tidak hanya antara Rusia dan Ukraina tetapi antara Rusia dengan AS dan sekutunya, kata dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: