WE Online, Denpasar - Masyarakat miskin di Bali mencapai 195.950 orang atau 4,76 persen dari jumlah penduduk Pulau Dewata itu hingga September 2014, yang berarti meningkat 10.750 orang atau 0,23 persen dibandingkan Maret 2014 tercatat 185.200 orang (4,53 persen).
"Meskipun orang miskin di Bali jumlahnya meningkat, namun tetap menempati urutan kedua tingkat nasional orang miskin terkecil di Indonesia, setelah DKI Jakarta," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panasunan Siregar di Denpasar, Minggu (4/1/2015).
Ia mengatakan, penduduk miskin di Bali persentasenya 4,76 persen dari jumlah penduduk, sementara DKI Jakarta sedikit lebih kecil. Penduduk dengan pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan itu selama periode Maret 2014 hingga September 2014 terjadi penambahan baik di daerah perdesaan maupun perkotaan.
Panasunan Siregar menjelaskan, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah sebanyak 9.300 orang (dari 99.900 pada Maret 2014 menjadi 109.200 orang pada September 2014). Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan bertambah sebanyak 1.450 orang yakni dari 85.300 orang pada Maret 2014 menjadi 86.760 orang pada September 2014.
Penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2014 tercatat 4,01 persen, naik 4,35 persen pada September 2014. Sedangkan persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 5,34 persen pada Maret 2014 menjadi 5,39 persen pada September 2014.
Panasunan Siregar menambahkan, komoditas makanan berperan jauh lebih besar terhadap pembentukan garis kemiskinan dibandingkan dengan komoditas bukan makanan yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.
Sumbangan garis kemiskinan makanan pada September 2014 tercatat sebesar 59,14 persen, menurun dibanding Maret 2014 sebesar 69,60 persen.
Sepuluh komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan di perkotaan maupun perdesaan sama, diantaranya beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, kopi, bawang merah, mie instan, gula pasir, tahu dan tempe. Lima komoditas bukan makanan yang paling berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan, baik diperkotaan maupun perdesaan adalah biaya perumahan, upacara agama, bensin dan listrik.
"Sedangkan biaya pendidikan hanya di perkotaan dan kayu bakar hanya di daerah perdesaan," ujar Panasunan Siregar. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement