Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hanya Modal Keyakinan, Yukka Harlanda Yakin Kualitas Brodo Diterima Banyak Orang, Hasilnya...

Hanya Modal Keyakinan, Yukka Harlanda Yakin Kualitas Brodo Diterima Banyak Orang, Hasilnya... Yukka Harlanda, CEO Brodo. | Kredit Foto: Instagram/Yukka Harlanda
Warta Ekonomi, Jakarta -

CEO Brodo Yukka Harlanda memulai bisnis sepatu karena ukuran kakinya yang besar bernomor 46. Dahulu, Yukka harus selalu membeli sepatu luar negeri karena ukuran sepatunya sangat sulit ditemukan di Indonesia.

Hingga akhirnya ia membuat sepatu sendiri saat kuliah. Dari sanalah ia memulai Brodo, bersama rekannya, Putera Dwi Karunia.

Yukka mengatakan bahwa Indonesia sejatinya termasuk ke dalam negara top 4 pengrajin sepatu terbaik dunia. Oleh karena itu, sepatu kulit Brodo memiliki kualitas yang luar biasa bagus. Padahal, Yukka memulai Brodo hanya 'iseng' belaka, tetapi juga saat itu ingin membeli ponsel BlackBerry yang sedang ngetrend.

Baca Juga: Founder Brodo Yukka Harlanda: Bukan Kita yang Memilih Passion, Tapi Passion yang Memilih Kita

Kesuksesan Brodo hari ini tak terlepas dari kemampuan Yukka membaca pasar yang sedang dibutuhkan mahasiswa, sekaligus dengan harga yang ramah di kantong mahasiswa.

Brodo pertama kali dijual Yukka lewat Facebook. Dalam video YouTube bertajuk "Pahami Pembeli Bikin Lapak Laris Manis (Brodo - Yukka Harlanda) | Kontes Pelapak Indonesia", Yukka mengatakan bahwa ia sengaja membiarkan para calon pelanggan untuk memiliki chat yang panjang dengannya. Karena menurut Yukka, hal itu dapat membangun kepercayaan customer.

"Tapi kita juga harus sabar menghadapi apapun itu dari customer," ujar Yukka.

Yukka menambahkan, meski Brodo terkesan 'murah' tapi untuk kualitas, ia tak ingin berkompromi, sepatu Brodo bisa awet hingga bertahun-tahun. Terlebih, desain awal Brodo hanya mengusung konsep ATM yakni 'Amati, Tiru, Modifikasi' dari sepatu kulit seharga Rp2 juta yang sebenarnya hendak dibeli Yukka. Yang terpenting bagi Yukka saat itu adalah desain tersebut simpel dan gentleman, yang menjadi ciri khasnya Brodo.

Pada bulan-bulan awal Brodo berdiri, Yukka mengaku pembelinya hanya di antara rekan dan keluarga yang mengenalnya. Bahkan, pada postingan pertama Brodo, tidak ada yang memberikan like ataupun komen. Adapun yang bikin Yukka semangat adalah ketika rekan dan keluarganya mengatakan produk Brodo bagus dan harus dikenal banyak orang. Bermodalkan keyakinan itu, Yukka jadi semakin semangat untuk terus mengenalkan produknya kepada banyak orang.

Setelah itu, Yukka terus mengikuti pameran, mulai dari pameran di kampus hingga di mall-mall. Bahkan, banyak yang mengira produk Brodo adalah buatan luar negeri. Ini karena Yukka juga memakai foto produk yang bagus dari fotografer anak ITB yang baru belajar fotografi.

Kemudian, Yukka juga memahami dan mencari tahu customernya siapa saja dengan mencari customer persona. Karena Yukka memahami customer Brodo adalah anak muda, bahasa yang digunakan pun bahasa gaul anak muda zaman sekarang.

"Pahami customer kita seperti apa agar saat berkomunikasi tuh seperti sama teman, bukan seperti penjual yang ingin berbisnis aja, jadi harus bangun koneksi," ujar Yukka.

Untuk waktu posting di sosial media, Yukka menuturkan bahwa itu semua disesuaikan dengan jam aktif customer, seperti jam berangkat kantor, pulang kantor, dan jam makan siang. Di jam-jam itulah Brodo membangun engagement dan interaksi ke pengguna.

"Social media itu untuk membangun koneksi, jualan mah entar," tandas Yukka.

Terkadang, Brodo juga berinvestasi pada paid promotion di e-commerce agar produknya terus naik direkomendasikan untuk pengguna. Namun, perlu dicari terlebih dahulu produk seperti apakah yang harus ditonjolkan agar investasi tidak sia-sia. Ini karena metode paid promotion dapat sangat meningkatkan penjualan.

Terkait menggunakan jasa influencers, Yukka mengatakan perlu dilakukan riset dan dilihat kualitasnya terlebih dahulu. Karena, penggunaan jasa influencers sangat mahal, dan terkadang tidak cukup 'worth it'. Oleh karena itu, perlu dibangun filosofinya terlebih dahulu sebelum diajak bekerja sama agar tidak asal mengiklankan.

Dalam hal kualitas, Brodo tidak main-main. Bahkan ketika ada vendor 'nakal' yang memainkan jenis lem pada sepatu kulit Brodo hingga banyak sepatu yang sudah 'jebol', Yukka langsung mengganti yang baru kepada customer dan memperbaiki sepatu dari vendor yang nakal. Yukka mengatakan bahwa itulah komitmen yang dapat Brodo berikan.

"Kalau kita ingin bisnis berumur panjang ya itu sudah kewajiban bikin customer happy, biarpun awalnya marah yah," pungkas Yukka.

Dalam membangun customer persona, butuh konsistensi dan fokus. Tak bisa memilih banyak hal untuk dijadikan persona, cukuplah pada satu hal yang paling menonjol, misalnya dalam hal kualitas sepatu kulit pria seperti Brodo.

Pada saat awal berbisnis, fokuslah pada kualitas produk. Lalu, jadikan iklan sebagai 'bensin' untuk mempercepat pertumbuhan bisnis. Namun, harus pantang menyerah dan bersabar karena ada yang cepat, ada pula yang butuh proses.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: