Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

AMI Tuntut Pemerintah China Bertanggung Jawab Tragedi Baren 1990

AMI Tuntut Pemerintah China Bertanggung Jawab Tragedi Baren 1990 Kredit Foto: ABC Australia
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ratusan mahasiswa perwakilan universitas di Indonesia yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Islam (AMI), menggelar aksi unjuk rasa menuntut pemerintah China bertanggungjawab dalam tragedi berdarah Baren 1990 yang menewaskan ratusan muslim Uighur.

Dengan membawa spanduk dan poster yang menggambarkan kekejaman Beijing terhadap muslim Uighur, para mahasiswa menyampaikan tuntutannya didepan Kantor Perwakilan PBB, Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat.

Dalam orasinya, mahasiswa menyebut kekejaman komunis Tiongkok terhadap kaum muslim yang menjadi minoritas dinegara China, sudah menjadi catatan kelam sejarah peradaban umat manusia di dunia. 

Koordinator masa pengunjuk rasa, Andi Setya Negara mengatakan, salah satu bukti nyata kekejaman Beijing salah satunya tragedi berdarah Baren tanggal 5-10 April 1990, dimana Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) yang terkenal sadis dan tidak memiliki rasa prikemanusiaan, membantai ratusan muslim Uighur.

Andi Setya Negara menuturkan, konflik Kotapraja Baren bermula dari aksi unjuk rasa sejumlah muslim dari etnis Uighur di dikantor pemerintahan China, menuntut Beijing untuk memperbolehkan mereke beribadah sesuai syariat islam, dan Beijing segera mengakhiri kekuasaan Tiongkok di Xinjiang.

“Unjuk rasa tersebut berakhir bentrok, dimana milisi lokal pendukung pemerintah China dan Polisi Tiongkok, menyerang muslim Uighur yang bertahan disekitar kantor pemerintahan,” kata Andi Setya Negara kepada wartawan, Rabu, (5/4/2023).

Beijing kemudian mengerahkan bala bantuan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), lanjut Andi, untuk memburu muslim Uighur bukan hanya dilokasi dan rumah - rumah penduduk, melainkan juga di daerah pegunungan.

China mengklaim hanya 23 orang yang tewas dan 232 muslim Uighur yang terlibat dalam Revolusi Baren ditangkap. 

“Namun pada Juli 1990, Beijing akhirnya mengakui telah menangkap 7.900 muslim Uighur dengan alasan meraka yang ditangkap terlibat dalam aktivitas kriminal pemecah etnis dan pelaku kriminal,” tutur Andi.

“Pertanyaannya, apakah Beijing berani mengungkap dan mengakui jumlah pasti korban jiwa yang meraka bantai dalam Tragedi Baren 5-10 April 1990?,” lanjut Andi.

Selain membentangkan spanduk dan poster berisi tuntutannya, para mahasiswa juga menggelar aksi treaktikal yang menggambarkan kekejamam Beijing saat membantai ratusan muslim Uighur dalam tragedi berdarah Baren.

Akibat aksi mahasiswa tersebut, lalu lintas di Jolan MH Tahmrim Jakarta Pusat yang mengarah ke Istana Negara tepatnya Jalan Medan Merdeka, tersendat tepat di depan Kantor Perwakilan PBB di Indonesia.

Dalam kesempatan itu, mahasiswa meminta PBB untuk menekan Beijing agar segera mencabut larangan berpuasa bagi umat muslim di China.

Mahasiswa menilai tindakan otoritas Tiongkok yang “diremot” oleh Partai Komunis China, sangat jelas memperlihatkan maksud Beijing yang ingin menghapus dan tidak mengakui agama islam sebagai salah satu kepercayaan dalam peradaban umat manusia.

AMI mengungkap beberapa bukti dan laporan investigasi di media massa maupun media sosial, sangat lugas menampilkan cara-cara kasar Beijing memasukan budaya China Komunis antara lain minum-minuman keras, berjudi dan berzinah kepada anak-anak khususnya remaja Uighur.

“PBB sudah saatnya menyeret Presiden Xi Jinping dan antek-antek komunis Beijing yang terlibat dalam tragedi berdarah Baren ke Mahkmah Internasional, untuk mempertanggung jawabkan dosa-dosanya,” pungkas Andi Setya Negara.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: