Musni Umar Menduga Ada Kelompok dengan Sokongan Dana Besar yang Sengaja 'Menyerang' Anies Baswedan: Mereka Ingin Terus Berkuasa!
Eks Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Musni Umar menyoroti narasi penolakan beberapa kelompok terhadap Anies Baswedan di sejumlah daerah. Terbaru ia menyoroti soal narasi “Rembang Kota Santri Menolak Anies Baswedan”.
Menurut Musni, penolakan tersebut sangat tidak masuk akal karena menurutnya sambutan masyarakat kepada Anies Baswedan selama ini begitu besar.
“Fakta sosiologis, mas Anies disambut bak lautan manusia saking ramainya yang sambut. Safari Ramadhan mas Anies di berbagai daerah di Jatim dan Jateng tidak dipublikasikan, para kiai sambut Anies dengan baik,” jelas Musni dalam keterangannya di laman Arah Jaya, dikutip Selasa (11/4/23).
Ketidaksesuaian narasi kelompok penolak Anies dengan fakta di lapangan ini menurut Musni melahirkan sebuah dugaan serius.
Dugaan tersebut adalah adanya kelompok dengan sokongan dana besar yang sengaja dikerahkan untuk menyudutkan seorang Anies Baswedan dengan berbagai isu.
“Berdasarkan hasil diskusi dengan banyak kelompok, hasil analisis saya dan berdasarkan pemberitaan di media, saya menyimpulkan dan menduga bahwa ada kelompok tertentu yang diorganisir secara sistematis dengan dukungan dana yang besar untuk terus-menerus menyerang, mem-bully, memfitnah, memutar-balikkan fakta, mengedarkan berita bohong guna mendiskreditkan Anies Baswedan,” jelasnya.
Poin penolakan yang menggambarkan Anies dekat dengan FPI dan HTI juga jadi sorotan Profesor dibidang Sosiologi tersebut.
Menurutnya sangat tak masuk akal Anies dikatakan demikian, mengingat dua organisasi tersebut kini telah dilarang oleh rezim.
“Kedua ormas sudah dibubarkan oleh rezim, mengapa dikaitkan dengan Anies,” ungkapnya.
“Padahal selama Anies memimpin DKI Jakarta 2017-2022 tidak pernah mengamalkan yang dituduhkan. FPI dan HTI sudah dibubarkan oleh rezim yang berkuasa, mengapa kedua ormas tersebut selalu jadi kambing hitam,” tambahnya.
Lanjut Musni, bakal calon presiden yang lain sama sekali tidak mengalami serangan di media sosial dan penolakan seperti yang dialami Anies Baswedan.
Menurutnya hal itu menandakan bahwa ada aktor intelektual yang menginginkan kekuasaan berlanjut.
“Makna di balik itu, patut diduga bahwa yang melakukan serangan di media sosial dan membuat spanduk yang mendiskreditkan Anies, aktor intelektualnya adalah dari kalangan yang menginginkan status quo. Mereka ingin terus berkuasa. Pada hal konstitusi kita telah mengatur masa jabatan paling lama dua periode (10 tahun),” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait:
Advertisement