Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Terjadi Drama Ketegangan antara Pendukung Prabowo vs Ganjar: 'Yang Paling Diuntungkan Itu Anies Baswedan'

Terjadi Drama Ketegangan antara Pendukung Prabowo vs Ganjar: 'Yang Paling Diuntungkan Itu Anies Baswedan' Kredit Foto: Detik
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketegangan berlebihan antara pendukung bakal calon presiden (bacapres) PDIP Ganjar Pranowo dengan relawan capres Gerindra Prabowo Subianto ternyata bisa menguntungkan capres Koalisi Perubahan, Anies Baswedan.

Demikian diungkapkan Direktur Eksekutif TSRC Yayan Hidayat. Menurutnya, secara tren elektoral dari periode Januari 2023 hingga Mei 2023 diantara 3 (tiga) nama Capres yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan masih berada di bawah 50 persen.

"Artinya, pertarungan masih sangat dinamis," kata Yayan di Jakarta, Selasa (16/5).

Baca Juga: Prabowo Penuhi Semua Kriteria yang Disebut Jokowi Soal Pemimpin Ideal, Sudah Layak Jadi Presiden?

Yayan menuturkan, dalam berbagai simulasi pasangan calon, terlihat persaingan suara ketat terjadi antara Ganjar dan Prabowo.

Namun, Anies selalu berada pada urutan terbawah. Ketegangan politik yang berlebihan antara Ganjar dan Prabowo akan memicu sentimen negatif dan memunculkan kejenuhan pada pemilih.

Hal ini tentu menguntungkan Anies Baswedan secara elektoral.

Meskipun Anies selalu berada pada urutan terbawah dalam berbagai hasil survei, tetapi jangan lupa bahwa terdapat kecenderungan peralihan suara pemilih Jokowi dan Prabowo pada Pilpres 2019 ke Anies Baswedan yang cukup signifikan.

Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada Desember 2022 lalu misalnya, memperlihatkan pergeseran pemilih Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 kepada Anies Baswedan.

SMRC mencatat dari 44,5 persen pemilih Prabowo – Sandiaga, sebanyak 44 persennya sekarang memilih Anies.

Di sisi lain, sebanyak 13 persen beralih ke Ganjar dan 37 persen masih memilih Prabowo. Selain itu, hasil survei Poltracking Indonesia pada Desember 2022 lalu juga menunjukkan peralihan pemilih Joko Widodo – Ma’aruf Amin pada Pilpres 2019 ke Anies Baswedan sebesar 20,7 persen.

"Drama ketegangan yang berlebihan antara pendukung Ganjar dan Prabowo sebelum masa kampanye akan memunculkan kejenuhan pada pemilih. Kejenuhan pemilih akan rentan memicu migrasi pemilih. Jika kita lihat dari berbagai publikasi survei, yang paling diuntungkan dari fenomena migrasi pemilih ini adalah Anies Baswedan," ungkap Yayan.

Menurut Yayan, upaya untuk memicu migrasi pemilih Ganjar dan Prabowo ini sudah dilakukan oleh Anies Baswedan dalam berbagai kesempatan.

"Anies terus melakukan provokasi melalui berbagai pidato politiknya dalam berbagai kesempatan agar terjadi migrasi pemilih Ganjar dan Prabowo ke dirinya. Tentu Anies memanfaatkan polemik Ganjar dan Prabowo untuk mendulang keuntungan elektora," tambah Yayan.

Baca Juga: Bu Pendeta Beri Kesaksian Mengejutkan Soal Kepemimpinan Anies Baswedan Selama Jadi Gubernur DKI Jakarta: Saya Sangat...

Apalagi, dalam berbagai simulasi survei terlihat bahwa besar potensi akan terjadi pertarungan dua putaran dalam Pilpres 2024 mendatang. Pertarungan dua putaran ini mensyaratkan pemilih yang solid dan loyal agar tetap dapat menstabilkan dukungan hingga ke akhir pertarungan.

Di sisi lain, Yayan mengingatkan bahwa pemilih tidak loyal (swing voters) Ganjar Pranowo masih tinggi, yang dalam berbagai hasil survei memperlihatkan rentang persentase 11,4 - 18,8 persen.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Advertisement

Bagikan Artikel: