Gak Jago Akting, Teddy Gusnaidi: Prabowo Itu Apa Adanya

Wakil Ketua Umum Partai Garuda Teddy Gusnaidi sepakat dengan Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang menyebut watak atau karakter seorang calon presiden (capres) tidak bisa diubah.

Dia mencontohkan capres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo Subianto.

Teddy menyebut, ketika Prabowo memilih bergabung dengan Jokowi untuk kemaslahatan bangsa, meredam gejolak di negeri ini, dan agar pemerintahan berjalan dengan baik, maka watak dan karakter itu tidak akan berubah ketika nanti dia menjadi presiden.

"Beliau akan mewakafkan dirinya demi negeri ini," ujar Teddy dalam keterangan tertulis, Sabtu (23/9/2023).

Pria yang juga menjabat Juru Bicara Partai Garuda ini mengungkapkan, setiap Pemilu maupun Pilkada, banyak bermunculan aktor-aktor dadakan, orang-orang palsu, tidak menjadi diri sendiri, berakting menjadi orang yang sangat santun, tanpa ada cela, seolah-olah menjadi malaikat.

"Prabowo tidak bisa seperti itu, bahkan untuk berakting di depan cermin pada acara Mata Najwa beliau tidak bisa, karena yang bisa melakukan itu hanyalah orang-orang yang sudah terbiasa berakting," ucapnya.

Karena itu, Teddy meyakini, ucapan dan tindakan Prabowo selaras, tidak menutup-nutupi, tidak berakting, dan tidak berpura-pura.

"Beliau tegas dalam ucapan dan tindakan. Beliau manusia seperti pada umumnya, bisa tegas, bisa marah, bisa lembut, bisa tertawa, bisa kecewa sesuai dengan situasi dan kondisi. Itulah manusia, tidak flat, tidak berakting sempurna tanpa cela seperti malaikat," ungkap Teddy.

Dia menambahkan, orang-orang yang terbiasa melakukan kepura-puraan itu adalah watak dan karakter yang tidak bisa diubah. Hal ini sudah dibuktikan Prabowo. Ucapan dan tindakannya selaras.

"Beliau rela dihina, beliau rela dituding dengan berbagai tudingan, demi menghentikan gejolak yang bisa merusak kerukunan anak bangsa. Itu watak dan karakter Prabowo yang tidak dapat diubah," tuturnya.

Karena itu, jangan sampai masyarakat kecewa ketika menyadari bahwa "malaikat" yang mereka pilih ternyata manusia biasa.

"Manusia yang tidak sempurna, tidak seperti yang mereka lihat dalam kampanye," tandas Teddy.