Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

PKS Pertanyakan Penegakkan HAM AS yang Veto Resolusi Gencatan Senjata di Gaza: Rasa Kemanusiaan Mereka Telah Mati!

PKS Pertanyakan Penegakkan HAM AS yang Veto Resolusi Gencatan Senjata di Gaza: Rasa Kemanusiaan Mereka Telah Mati! Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini menyoroti veto yang dilakukan Amerika Serikat (AS) terhadap Resolusi Gencatan Senjata Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan kekerasan di Gaza Palestina (8/12/2023).

Menurut Jazuli, ketika dunia sudah begitu perih melihat kekejaman agresi Israel dan begitu banyaknya korban sipil yang jelas mengarah pada genosida, AS justru ingin hal itu terus berlangsung.

Jazuli mempertanyakan di mana pembelaan Hak Asasi Manusia (HAM) yang selama ini disuarakan oleh AS namun ketika rakyat Palestina jadi korban mereka justru dia,

“18 ribu lebih korban jiwa rakyat Palestina, di mana 8.000 lebih terdiri dari anak-anak dan 6.200 perempuan meninggal dunia. Pantas kita bertanya di mana rasa kemanusiaan AS? Di mana pembelaan HAM yang selama ini diagung-agungkan dan dijadikan agenda global politik luar negeri AS? Kita sangat kecewa AS telah mati rasa kemanusiaannya di mata dunia,” kata Jazuli sebagaimana dikutip dari laman fraksi.pks.id, Minggu (17/12/23).

Baca Juga: Gagasan Penegakkan Hukum Anies Baswedan di Debat Pertama Nggak Main-main, Begini Penjelasan Peneliti, Simak!

Jazuli mengaku kecewa dan menyesalkan apa yang AS lakukan tersebut padahal 102 negara termasuk Indonesia telah mendorong adanya gencatan senjata.

“Kondisi di Gaza sudah sangat memprihatinkan sehingga butuh intervensi kemanusiaan dari dunia. Fraksi PKS DPR sangat menyesalkan kegagalan Dewan Keamanan dalam mengadopsi gencatan senjata kemanusiaan di Gaza meskipun lebih dari 102 negara, termasuk Indonesia, ikut mensponsori resolusi tersebut,” kata Jazuli.

Menurut Wakil Presiden Forum Anggota Parlemen Muslim Dunia (IIFP), apa yang dilakukan AS sangat ironis. Negara kampiun demokrasi yang katanya membela hak asasi manusia justru memveto resolusi kemanusiaan untuk menghentikan perang dengan korban jiwa sipil begitu besar.

Korban di depan mata dunia terdiri dari anak-anak, perempuan, dan orang tua seolah tiada artinya di mata AS.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto

Advertisement

Bagikan Artikel: