Laba Moncer, KPPOD Ingatkan Pj Gubernur NTT Tak Ambil Kebijakan yang Merugikan Bank NTT
Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), Armand Suparman, menegaskan bahwa Penjabat (Pj) Gubernur NTT harus sangat berhati-hati dalam mengambil kebijakan menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, terutama yang berkaitan dengan manajemen Bank NTT. Armand mengingatkan, kebijakan yang berpotensi mencampuri kepentingan politik dan bisnis Bank NTT dapat menimbulkan masalah hukum, dan juga rencana bisnis bank, serta merusak kepercayaan publik.
"Pada prinsipnya, Pj Kepala Daerah, yang berstatus sebagai pejabat sementara, tidak boleh mengambil kebijakan yang melibatkan keputusan besar atau perubahan signifikan, apalagi terkait dengan institusi keuangan seperti Bank NTT, menjelang Pilkada. Hal ini dapat menimbulkan kesan adanya intervensi politik yang merugikan netralitas pemerintahan," ujar Armand dalam wawancara dengan wartawan di Jakarta, Kamis (14/11/2024).
Baca Juga: Teken MoU, Bank NTT Resmi Bentuk KUB Bersama Bank Jatim
Pernyataan Armand menanggapi pemberitaan media lokal bahwa Pj Gubernur NTT selaku pemegang saham pengendali Bank NTT berencana menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) Bank NTT.
Menurutnya, kebijakan ini menuai kontroversi, terutama karena Bank NTT saat ini tengah fokus pada pembentukan Kelompok Usaha Bank (KUB) dengan Bank Jatim, yang dirasa tidak mendesak untuk memerlukan perubahan besar dalam kepengurusan atau struktur manajemen. “Apalagi kalau laporan keuanganya bagus. Politik dan bisnsi bank harus dipisah agar BPD bisa berkembang,” tegas Arman.
Armand juga mengingatkan bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 4/2023, Pj Kepala Daerah dilarang mengeluarkan kebijakan yang bertentangan dengan kebijakan dianggap melanggar aturan tersebut. "Karena kebijakan yang diambil justru dapat mengubah arah kebijakan yang sudah ada sebelumnya," ujar Armand.
Sebelumnya, Komisi III DPRD NTT merekomendasikan agar RUPS LB ditunda untuk menjaga netralitas institusi dan mencegah adanya dugaan intervensi politik menjelang Pilkada. Hal itu menjadi salah satu poin rekomendasi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Bank NTT dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membahas rencana digelarnya Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) Bank NTT pada Kamis, 14 November 2024.
Wakil Ketua DPRD NTT, Fernando Ozorio Soares, yang turut hadir dalam rapat, menyatakan bahwa penundaan RUPS LB ini sangat penting untuk memberikan waktu bagi pemerintah provinsi dan pihak terkait dalam mempersiapkan keputusan yang matang serta menguntungkan bagi Bank NTT.
"Kami meminta Penjabat Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto, untuk menunda rencana RUPS LB ini. Kami khawatir langkah ini bisa menimbulkan kesan politisasi yang merugikan netralitas dalam Pilkada mendatang," tegas Fernando.
Wakil Ketua Komisi III DPRD NTT, Kristoforus Loko, di rapat yang sama juga mendesak pemerintah dan manajemen Bank NTT untuk menunda RUPS yang sudah direncanakan. Kristoforus menilai bahwa RUPS LB sebaiknya dilaksanakan setelah Pilkada selesai dan di masa kepemimpinan baru agar pelaksanaan restrukturisasi manajemen Bank NTT lebih akuntabel.
Menurut Kristoforus, yang juga merupakan politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN), Bank NTT harus tetap menjalankan prinsip kehati-hatian dan profesionalisme, terutama dalam menghadapi periode sensitif seperti tahun politik.
“Kami minta Bank NTT untuk tidak terlibat dalam hal-hal yang bisa mencederai prinsip transparansi dan kredibilitas bank,” ujar Kristoforus.
Kinerja Moncer
Untuk diketahui, kinerja keuangan Bank NTT hingga September 2024 (triwulan III) menunjukkan hasil yang positif, dengan pencapaian laba bersih yang mengalami pertumbuhan signifikan. Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, laba bersih Bank NTT tercatat sebesar Rp134,30 miliar, meningkat 53,20 persen secara tahunan (year on year / yoy) dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yang hanya mencapai Rp87,66 miliar.
Pencapaian ini didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih dan efisiensi operasional yang lebih baik. Pendapatan bunga bersih Bank NTT tercatat sebesar Rp800,25 miliar, naik 4,69 persen yoy.
Selain itu, Bank NTT berhasil menekan beban operasional lainnya yang tercatat turun 4,17 persen menjadi Rp633,01 miliar. Efisiensi operasional ini berkontribusi pada penurunan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dari 88,70 persen menjadi 87,55 persen. Rasio BOPO yang semakin rendah menunjukkan bahwa Bank NTT semakin efisien dalam menjalankan operasionalnya, yang turut berkontribusi pada peningkatan laba.
Baca Juga: Dorong Efisiensi Keuangan Daerah, Bank NTT Luncurkan Kartu Kredit Indonesia Berbasis GPN
Per September 2024, total aset Bank NTT tercatat sebesar Rp17,44 triliun, tumbuh tipis sebesar 0,03 persen yoy. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga mencatatkan kenaikan sebesar 0,69 persen, mencapai Rp13,77 triliun. Peningkatan terbesar terjadi pada giro yang naik 29,09 persen, diikuti oleh tabungan yang meningkat 2,40 persen, sementara deposito mengalami penurunan sebesar 16,32 persen. Dengan komposisi DPK yang solid, rasio dana murah (CASA) Bank NTT meningkat signifikan, dari 52,56 persen pada September 2023 menjadi 60,58 persen pada September 2024.
Dalam hal penyaluran kredit, Bank NTT mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,45 persen, dengan total kredit yang disalurkan mencapai Rp12,78 triliun. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross tetap stabil di level 3,39 persen, sementara NPL net mengalami penurunan dari 1,94 persen menjadi 1,43 persen, yang mencerminkan adanya perbaikan kualitas kredit.
Bank NTT juga mencatatkan kecukupan modal yang baik. Modal inti meningkat 7,89 persen menjadi Rp2,37 triliun, sementara rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) naik dari 23,51 persen pada tahun sebelumnya menjadi 25,29 persen, yang jauh di atas ketentuan regulator.
Dari sisi profitabilitas, Bank NTT mengalami peningkatan yang signifikan. Return on assets (ROA) naik dari 0,94 persen menjadi 1,32 persen, sementara return on equity (ROE) meningkat dari 5,29 persen menjadi 7,63 persen, menunjukkan bahwa bank semakin efektif dalam memanfaatkan aset dan ekuitas untuk menghasilkan laba. Bank NTT juga menunjukkan likuiditas yang sehat, dengan loan to deposit ratio (LDR) yang naik dari 91,23 persen menjadi 92,83 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait:
Advertisement