CIRAD Asia Tenggara Beberkan Tantangan Besar di Industri Minyak Nabati Global

CIRAD Asia Tenggara memaparkan empat tantangan utama yang dihadapi industri minyak nabati global dalam konferensi International Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) 2025. 

Direktur CIRAD Asia Tenggara, Jean Marc Roda, menjelaskan bahwa tantangan tersebut mencakup keberlanjutan produksi, dampak perubahan iklim, dinamika permintaan pasar, hingga regulasi internasional yang terus berkembang.

Menurut Roda, yang menjadi sorotan utama yakni keberlanjutan produksi. Pasalnya, dengan menekankan pentingnya praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan, keseimbangan ekosistem pun bisa terjaga.

Baca Juga: Pemerintah Didorong Serius Kembangkan Bioethanol sebagai Bahan Bakar Nabati

Selain itu, perubahan iklim yang memengaruhi produktivitas tanaman juga menjadi perhatian serius mengingat dampaknya terhadap hasil panen dan kualitas minyak nabati itu sendiri.

Di sisi lain, fluktuasi permintaan global menuntut industri untuk lebih adaptif dalam menjaga stabilitas pasokan. 

“Semakin ketatnya regulasi internasional mendorong produsen untuk beradaptasi dengan standar baru guna memastikan keberterimaan produk mereka di pasar global,” kata Roda, Denpasar, Kamis (13/2/2025).

Baca Juga: Minyak Sawit Lebih Berkelanjutan untuk Ketahanan Pangan dan Energi Dibanding Minyak Nabati Lainnya

Sebagai informasi, Konferensi ICOPE 2025, yang digelar pada 12-14 Februari di Bali, mengusung tema "Transformasi Agro-Ekologis Kelapa Sawit: Menuju Pertanian yang Ramah Iklim dan Lingkungan". Acara ini bertujuan untuk membahas solusi berbasis penelitian guna mengatasi berbagai tantangan industri minyak nabati, khususnya kelapa sawit, demi masa depan yang lebih berkelanjutan.

Para pemangku kepentingan di sektor industri kelapa sawit diharapkan dapat berkolaborasi untuk menghadapi tantangan ini dan menciptakan sistem produksi yang lebih tangguh serta bertanggung jawab terhadap lingkungan.