
Warner Music Group (WMG) mengumumkan rencana efisiensi besar-besaran senilai US$300 juta atau setara dengan Rp4,86 triliun, yang sebagian besar akan direalisasikan melalui pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan secara global. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi ekspansi agresif perusahaan dalam investasi katalog musik bernilai tinggi.
Efisiensi ini dilakukan menjelang kolaborasi strategis Warner Music dengan Bain Capital, perusahaan ekuitas swasta asal Amerika Serikat. Keduanya membentuk usaha patungan senilai US$1,2 miliar untuk membeli katalog musik ikonik.
Warner menyebut kemitraan ini sebagai langkah memperluas warisan artis besar sekaligus memperkenalkan karya klasik ke generasi baru, memanfaatkan kekuatan distribusi serta pemasaran digital.
Baca Juga: Bangkitkan Industri Seni Lokal, Musikal Legenda Sukabumi Tampil Memukau di Galeri Indonesia Kaya
"Keputusan ini berat, tetapi perlu," kata CEO Warner Music, Robert Kyncl, dilansir dari Bloomberg, Rabu (2/7/2025).
Ia menegaskan bahwa perusahaan akan menjunjung empati dan integritas selama proses PHK berlangsung. Saat ini, Warner mempekerjakan sekitar 5.800 orang di seluruh dunia.
Untuk memenuhi target efisiensi yang ditargetkan akan tercapai pada 2027, lebih dari separuh penghematan biaya berasal dari PHK, sementara sisanya berasal dari perampingan organisasi dan efisiensi operasional lainnya.
Seiring rencana tersebut, Warner Music juga dikabarkan tengah dalam pembicaraan lanjutan untuk mengakuisisi katalog lagu Red Hot Chili Peppers senilai lebih dari US$300 juta. Band rock legendaris ini berada di bawah label Warner dan memiliki deretan lagu ikonik seperti Under the Bridge dan Californication.
Meskipun belum ada kesepakatan resmi, akuisisi ini sejalan dengan tren industri yang memandang katalog musik sebagai aset strategis. Meningkatnya popularitas layanan streaming dan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam distribusi konten membuka peluang monetisasi baru dari lagu-lagu lama.
Warner sebelumnya juga berhasil mengakuisisi katalog milik David Bowie, David Guetta, serta saham pengendali di Tempo Music, yang mencakup hak atas karya milik Adele, Wiz Khalifa, hingga Florida Georgia Line.
Baca Juga: Pemerintah Siapkan Strategi untuk Redam Badai PHK di Industri Media
Langkah Warner Music mencerminkan kompetisi sengit di industri musik global, di mana perusahaan besar seperti Sony dan Universal Music turut aktif mengincar katalog bernilai tinggi. Di sisi lain, investor institusional seperti Blackstone, KKR, dan Apollo Global Management juga telah menginvestasikan miliaran dolar ke sektor ini.
Adapun nilai katalog kini tidak hanya dihitung dari royalti masa lalu, tetapi juga dari potensi pemanfaatan di masa depan termasuk untuk film, iklan, gim, hingga produk berbasis AI.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Djati Waluyo
Advertisement