Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Produsen Suku Cadang Kendaraan di Thailand Pusing Hadapi Tarif AS dan Harga Baja, Industri Otomotif Makin Lesu

Produsen Suku Cadang Kendaraan di Thailand Pusing Hadapi Tarif AS dan Harga Baja, Industri Otomotif Makin Lesu Kredit Foto: Xinhua
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Klub Industri Suku Cadang Mobil Federasi Industri Thailand (FTI) Suphot Sukphisarn mengatakan produsen suku cadang mobil Thailand harus bersiap menghadapi dampak kebijakan tarif tinggi dari Amerika Serikat (AS).

Pukulan ini belum cukup, karena akan bertambah parah lagi seiring kekhawatiran atas fluktuasi harga baja global yang dapat memengaruhi industri otomotif.

Pada 2 April 2025 lalu, Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif 25% untuk mobil buatan luar negeri. Kemudian pada 3 Mei, ia mengeluarkan pajak impor 25% untuk mesin, transmisi, dan suku cadang kendaraan penting lainnya.

Padahal produsen suku cadang mobil Thailand menjual produk ke banyak negara, termasuk AS.

Tahun lalu Thailand mengekspor kendaraan bermotor, aksesori, dan suku cadang mobil senilai US$89 miliar ke pasar Amerika. Selama lima bulan pertama tahun ini, nilai produk dalam kategori ini yang dikirim ke AS mencapai $766 juta.

Produsen suku cadang mobil lokal juga menjual produk ke negara lain. Jika negara-negara ini merakit mobil dan mengekspornya ke AS, produsen suku cadang tersebut masih menghadapi dampak tidak langsung dari tarif 25% untuk mobil buatan luar negeri, menurut FTI.

Pada 7 Juli, Trump mengirim surat ke Thailand yang menyatakan bahwa AS akan mengenakan tarif timbal balik sebesar 36% untuk impor Thailand mulai 1 Agustus. Tarif 36% juga dapat berdampak tidak langsung pada industri otomotif.

"Jika tarif memperlambat ekspor Thailand, hal itu akan terus memengaruhi PDB Thailand, merugikan perekonomian sementara industri otomotif menanggung beban terberat," kata Bapak Suphot.

Hingga 90% suku cadang mobil di pasar domestik dipasok untuk perakitan pikap, yang sedang berjuang mengatasi lesunya penjualan, ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: