Penurunan Tarif Ekspor ke AS Buka Peluang Perluas Pasar RI

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, menilai bahwa penurunan tarif ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS) dari 32% menjadi 19% merupakan pencapaian signifikan yang memperkuat daya saing produk nasional di pasar global.

Menurut Faisal, posisi Indonesia kini lebih kompetitif dibandingkan negara-negara tetangga seperti Thailand yang dikenakan tarif 30% dan Vietnam sebesar 20%. “Dari sisi ekspor, posisi Indonesia menjadi relatif lebih baik,” ujar Faisal kepada Warta Ekonomi, Kamis (17/7/2025).

Baca Juga: Prabowo Dahulukan Kepentingan Rakyat, Tarif AS Berhasil Ditekan ke 19 Persen

Ia menjelaskan bahwa capaian ini menunjukkan keberhasilan diplomasi ekonomi Indonesia, meski tetap memerlukan pengelolaan yang cermat dalam implementasinya. Pemerintah, kata Faisal, perlu memastikan bahwa dampak dari sisi impor tetap terkendali, terutama pada sektor strategis seperti pertanian.

“Dengan memberikan akses lebih besar kepada produk Amerika, perlu juga dihitung dampaknya, terutama jika ada tarif 0% pada produk pertanian,” jelasnya.

Baca Juga: Luhut Ungkap Penurunan Tarif AS Buka Pintu Lebar Ekspor RI

Faisal mengingatkan bahwa beberapa komoditas pertanian dari AS memiliki daya saing harga tinggi yang berpotensi masuk ke pasar domestik dalam jumlah besar. Hal ini menurutnya menjadi tantangan sekaligus peluang untuk mendorong peningkatan kapasitas dan efisiensi sektor pertanian dalam negeri.

Ia mendorong pemerintah untuk mengkaji lebih dalam komoditas pertanian mana saja yang masuk dalam skema bebas tarif, serta menyiapkan strategi penguatan produksi nasional. “Pertanyaannya, apakah ini sejalan dengan upaya memperkuat sektor pertanian dan hilirisasi? Ini perlu dijawab dengan langkah nyata,” pungkas Faisal.