Kredit Foto: Istimewa
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih yang solid di tengah kondisi industri yang dinamis. Hingga semester I 2025, emiten penyedia infrastruktur telekomunikasi ini membukukan laba bersih Rp822,64 miliar, naik 12,56% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp730,79 miliar.
Pendapatan TBIG ikut tumbuh, meski tipis. Total pendapatan mencapai Rp3,45 triliun atau naik 1,05% dibandingkan Rp3,41 triliun pada paruh pertama tahun 2024. Sementara itu, beban pokok pendapatan juga mengalami kenaikan dari Rp948,76 miliar menjadi Rp964,63 miliar.
Namun, laba kotor TBIG tetap meningkat menjadi Rp2,48 triliun dari sebelumnya Rp2,46 triliun. Adapun beban usaha naik tipis menjadi Rp293,19 miliar dari Rp291,15 miliar, namun tidak menghalangi perusahaan mencatatkan kenaikan laba usaha menjadi Rp2,19 triliun dibanding Rp2,17 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Isu Merger TBIG-MTEL Beredar, Manajemen Buka Suara
Per 30 Juni 2025, TBIG memiliki 42.663 penyewaan dan 24.056 sites telekomunikasi, yang terdiri dari 23.945 menara dan 111 jaringan Distributed Antenna System (DAS). Dengan total penyewaan pada menara sebanyak 42.552, rasio kolokasi perusahaan tercatat di angka 1,78x.
“Penambahan penyewaan organik kami untuk enam bulan pertama tahun 2025 mencapai 431 penyewaan kotor yang terdiri dari 236 sites telekomunikasi dan 195 kolokasi. Tingkat pertumbuhan ini mencerminkan kondisi industri saat ini, khususnya proses konsolidasi yang sedang berlangsung di antara pelanggan telekomunikasi kami. Meskipun terjadi pergeseran pasar ini, kami tetap menjalankan peran kami sebagai penyedia infrastruktur terkemuka dalam ekonomi digital Indonesia yang terus berkembang," kata CEO TBIG, Hardi Wijaya Liong.
Dari sisi keuangan, total pinjaman perusahaan dengan asumsi nilai tukar lindung nilai untuk pinjaman dalam USD berada di level Rp29.055 miliar, dengan pinjaman senior (gross senior debt) senilai Rp4.079 miliar.
Baca Juga: TBIG Tak Tetapkan Target Pendapatan Spesifik 2025, Fokus Eksekusi Proyek Organik
Setelah dikurangi saldo kas sebesar Rp799 miliar, total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp28.256 miliar, sementara pinjaman bersih senior (net senior debt) tercatat Rp3.280 miliar. Dengan menggunakan EBITDA kuartal II 2025 yang disetahunkan, rasio net debt terhadap EBITDA berada di angka 4,7x dan rasio net senior debt terhadap EBITDA di 0,6x.
“Menunjukkan komitmen kami terhadap struktur permodalan yang tangguh dan efisien secara biaya, kami akan terus mengakses pasar obligasi dan pinjaman dalam negeri (Rupiah), dengan program obligasi konvensional baru senilai Rp20 triliun dan program Sukuk perdana senilai Rp8 triliun. Pinjaman dan obligasi IDR kami saat ini sekitar 50% dari total utang kami, yang memperkuat komitmen kami terhadap pembiayaan yang stabil dan beragam,” terang Helmy Yusman Santoso.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri
Tag Terkait:
Advertisement