Kredit Foto: Ida Umy Rasyidah
Maybank Indonesia menempatkan segmen privilege banking sebagai salah satu motor penguatan bisnis ritel seiring meningkatnya kelas menengah produktif di Indonesia. Langkah ini menjadi bagian dari strategi bank untuk menangkap potensi pertumbuhan konsumsi dan investasi jangka panjang yang berasal dari ekspansi kelompok middle class, yang menurut proyeksi akan mencapai puncak usia produktif pada 2050–2060.
Direktur Community Financial Services Maybank Indonesia, Bianto Surodjo, menjelaskan bahwa segmen tersebut mewakili kelompok nasabah dengan pengaruh ekonomi yang terus bertambah.
“Kelas menengah atau middle class ini dari waktu ke waktu cukup banyak dan terus bertumbuh. Mengantisipasi tren itu, kami memberikan perhatian yang sangat besar kepada segmen privileged yang mencapture middle class kita,” ujar Bianto di kantor Maybank, Rabu (19/11/2025).
Baca Juga: Maybank Informasikan Pemeliharaan Sistem CoOLPay
Penguatan fokus terhadap segmen privilege berjalan di tengah kinerja sembilan bulan yang solid. Maybank Indonesia membukukan Laba Sebelum Pajak sebesar Rp1,30 triliun, naik 53,9% per 30 September 2025.
Laba Setelah Pajak dan Kepentingan Nonpengendali meningkat 77,3% menjadi Rp989 miliar. Pertumbuhan ini ditopang pendapatan operasional yang menguat, biaya provisi yang menurun signifikan, serta beban overhead yang lebih terkendali. Pendapatan bunga bersih naik 0,8% menjadi Rp5,37 triliun, sementara pendapatan nonbunga tumbuh 10,7% menjadi Rp1,58 triliun.
Di segmen ritel dan nonritel Community Financial Services, kredit tumbuh 7,8% menjadi Rp86,05 triliun. Kredit nonritel naik 10,1% didorong pembiayaan komersial dan SME, sedangkan kredit ritel meningkat 6,1% seiring kenaikan pembiayaan otomotif, kredit konsumer, dan KPR. Meski total kredit bank turun 1,6% akibat strategi rebalancing di Global Banking, kontribusi CFS menjaga momentum pertumbuhan portofolio ritel.
Baca Juga: Maybank Indonesia Genjot Pembiayaan Syariah Berkelanjutan Rp1,1 Triliun
Pengenalan segmen privilege turut dibarengi edukasi terkait strategi investasi jangka panjang. Head of Wealth Management Maybank Indonesia, Aliang Sumitro, menyebut pendekatan quiet investing relevan untuk kelas menengah yang memasuki tahap akumulasi aset.
“Quiet Investing merupakan perencanaan investasi yang penuh ketenangan dan rasional. Banyak investor berada di antara fear and greed. Kami ingin nasabah melakukan investasi dengan penuh ketenangan, tidak semata-mata karena berita atau noise,” kata Aliang.
Strategi menyasar kelas menengah produktif dan mendorong disiplin investasi jangka panjang menjadi upaya Maybank untuk memanfaatkan dinamika demografis yang terus berkembang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement