Cerita Hanum, Agen Fastpay yang Bangkit dari Lesunya Usaha Akibat Covid-19
Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
Sejak hadirnya aplikasi Fastpay, transaksi berbasis digital masyarakat mulai bisa merasakan keunggulannya, salah satunya adalah mampu meningkatkan penghasilan serta perekonomiannya.
Adalah Hanum (33), pemilik counter sekaligus Pangkas Rambut Awang di Kota Tangerang ini mengisahkan, dirinya menjadi seorang agen dalam bertransaksi aplikasi Fastpay sangat menguntungkan selama menggunakan.
Wanita ini mengakui, dalam menjalankan usahanya dirinya menggunakan satu Gedung (ruko) dengan dua usahanya tersebut, diantaranya melayani transaksi pulsa dan perbaikan ponsel, sekaligus menerima pelanggan pangkas rambut yang dikelola bersama suaminya.
“Sebelum pandemi, counter sangat ramai. Sehari kami bisa sampai 50 transaksi pulsa. Bisnis kami cukup stabil kala itu dan menghasilkan jutaan rupiah,” kisah Hanum pada Warta Ekonomi di Surabaya kemarin.
Namun, ketika Covid-19 melanda di Indonesia di bulan Maret 2020 lalu, situasi berubah drastis dalam menjalankan usahanya. Semua serba terbatas karena ada kebijakan dari pemerintah. Dampaknya cukup besar, yakni perjalanan usahanya turun cukup drastis.
Ia tidak menyebut usahanya bangkrut, tetapi mengakui kondisi tersebut membuat bisnisnya terseok-seok. Aksesori ponsel yang dulu cepat terjual kini menumpuk di gudang. Modal yang sebelumnya berani ia putar, kini ia tahan karena takut tidak kembali.
“Saat itu untuk mencapai 20 transaksi saja rasanya berat sekali,” kata Hanum.
Titik balik datang dari hal yang sederhana: pertanyaan pelanggan. Setiap pagi, warga yang datang ke konter sering bertanya apakah ia bisa melayani transfer uang. Agen BRILink yang berada dua ruko dari tempat usahanya baru buka menjelang siang. Kebutuhan masyarakat muncul lebih cepat daripada layanan yang tersedia.
“Dari situ saya kepikiran. Kenapa tidak coba buka layanan transfer?” ujar Hanum.
Dengan niat untuk bangkit, Hanum akhirnya mendaftarkan diri sebagai agen Fastpay. Ia tidak langsung berharap hasil besar. Ia hanya ingin usahanya kembali relevan dengan kebutuhan masyarakat sekitar.
Langkah itu mengubah cara Hanum menjalankan bisnisnya. Ia mulai menawarkan layanan transfer dan pembayaran kepada pelanggan pangkas rambut.
“Sekarang setiap orang yang datang potong rambut saya ceritakan kalau di sini sudah bisa transfer dan layanan lain,” kata Hanum.
Menurutnya, Fastpay memberi ruang untuk menambah layanan tanpa menambah beban besar dalam hal sesuatu layanan.
Cerita Hanum ini mencerminkan perjalanan banyak agen Fastpay di berbagai daerah yang memanfaatkan aplikasi tersebut. Mereka adalah pelaku usaha kecil yang beradaptasi di tengah perubahan zaman.
Fastpay mencatat bahwa pertumbuhan hingga 2 juta pengguna tidak terlepas dari peran agen-agen lokal seperti Hanum. Aplikasi ini berkembang karena agen memanfaatkannya untuk menjawab kebutuhan riil masyarakat: transfer uang, pembayaran tagihan, dan layanan keuangan harian yang mudah diakses.
“Fastpay tumbuh karena agen bergerak. Agen bergerak karena masyarakat membutuhkan layanan yang dekat dan praktis,” ujar Manager Fastpay, Aditiya Sulistiawan, menanggapi kisah agen Fastpay.
Aditiya mengatakan bahwa Fastpay memposisikan diri sebagai mitra usaha, bukan sekadar aplikasi transaksi. Platform ini hadir untuk memperkuat usaha yang sudah ada, bukan menggantikannya. Konsep inilah yang membuat Fastpay relevan di tengah persaingan layanan digital yang semakin padat.
“Di balik angka 2 juta pengguna, Fastpay melihat jutaan cerita perjuangan. Cerita tentang usaha yang hampir padam. Cerita tentang keberanian mencoba lagi. Cerita tentang bangkit bukan karena siap, tetapi karena harus,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement