Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

IMF: Indonesia Mesti Tingkatkan Produktivitas Sektor Pertanian

Warta Ekonomi -

WE.CO.ID - Dana Moneter Internasional meminta Indonesia lebih meningkatkan produktivitas sektor pertanian dan membuat prioritas kebijakan yang tepat untuk mengubahnya.

"Indonesia harus membawa lebih banyak produktivitas ke dalam pertanian," kata Advisor IMF Asia and Pacific Department David Cowen dalam diskusi bertajuk "Indonesia-Managing the New Global Norm" di Jakarta, Kamis.

Untuk itu, ujar dia, tenaga kerja di sektor pertanian juga harus dibawa agar lebih produktif dan menghasilkan aktivitas yang lebih bernilai tambah.

Ia mengingatkan bahwa proporsi ekspor pada saat ini telah berubah, di mana 10 tahun lalu lebih dari 50 persen ekspor menuju AS, Uni Eropa, dan Jepang.

Namun pada saat ini, lanjutnya, negara-negara tersebut dinilai hanya menjadi sepertiga dari sasaran ekspor global karena munculnya sejumlah pasar berkembang lainnya.

"Hal terpenting adalah fokus lebih kepada kebijakan domestik yang dapat memastikan bahwa negara-negara berkembang dapat mengurangi kerentanan yang terjadi akibat kondisi ekonomi global saat ini," katanya.

Sementara itu, pembicara lainnya peneliti Economy, Industry, and Trade (Econit) Hendri Saparini mengatakan, struktur ekspor Indonesia seharusnya lebih seperti China dan India yang lebih kepada manufaktur dan bukan bahan mentah.

Indonesia, menurut Hendri, memiliki kondisi ekspor yang sangat bergantung kepada ekonomi global karena banyak mengekspor bahan mentah.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, problem impor meningkatkan permasalahan di sektor pertanian. "Harus dilakukan perubahan," kata Sofjan.

Sebelumnya, Dirjen Prasarana dan Sarana Kementerian Pertanian Gatot Irianto mengatakan penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan bertujuan untuk menghentikan laju konversi lahan.

"Setiap tahun sekitar 110.000 hektare lahan pertanian beralih fungsi menjadi lahan non-pertanian. Lahan pertanian itu berubah fungsi dari pemukiman sampai peruntukan bisnis," kata Gatot Irianto di sela-sela diskusi panel "Ekonomi Pertanian Memajukan Indonesia" di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin (19/8).

Ia mengatakan laju konversi lahan pertanian ini kurang sebanding dengan program cetak sawah baru yang berkisar 20.000-40.000 ha per tahun. Agar pertanian tidak menjadi risiko tinggi yang menyebabkan banyak anak muda di daerah yang ke kota, pihaknya melakukan pertanian berkelanjutan di daerah.

Menurut dia, dengan pertanian berkelanjutan tersebut terjadi keseimbangan pemupukan baik organik dan non-organik. Kedua, sistem persawahan yang terintegrasi dari panen, cadangan, dan pembibitan.

"Diversifikasi pendapatan artinya petani mendapatkan pendapatan dari pemanfaatan kotoran sapi menjadi bio gas, jadi petani tidak hanya mengandalkan hasil panen saja. Lalu, mengurangi risiko pertanian sehingga anak muda di daerah mau bekerja di sektor pertanian," kata dia.

Ia mengatakan seiring dengan membaiknya perekonomian dan pendapatan masyarakat maka tingkat konsumsi komoditas pertanian akan terus meningkat. (Ant)

Foto : imf.org

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhamad Ihsan

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: