Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pelukis Bali Merasa Dimarginalkan Pemerintah

Warta Ekonomi -

WE Online, Badung - Sejumlah pelukis Bali di kawasan Peti Tenget, Kuta, Kabupaten Badung, Bali mengeluhkan hasil karya seninya terkendala pemasaran dan kenaikan harga bahan baku lukisan.

"Kendala pemasaran disebabkan kurangnya sinergi antara pelaku seni lukis dengan pemerintah daerah dan pusat sehingga kami kurang mampu sendirian mengakses pasar," ujar Asep, seorang seniman lukis di kawasan Jlalan Peti Tenget, Banjar Umalas, Kabupaten Badung, Jumat (5/12/2014).

Menurut dia, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang berdampak terhadap kenaikan harga bahan baku lukisan dan harga kebutuhan pokok turut menjadi faktor pasar seni lukis menjadi kurang bergairah.

"Wisatawan nusantara yang biasanya banyak berkunjung sekaligus membeli produk seni lukisan kami sudah berkurang sejak baru rencana kenaikan harga BBM," ujarnya.

Sebagai dampak pasar yang sepi, katanya, dalam sebulan hanya terjual tujuh sampai 10 lembar lukisan. Padahal, biasanya terjual 25 lembar lukisan per bulan. "Mudah-mudahan ada pesanan dari pemilik hotel atau villa bahkan diharapkan pesanan dari luar negeri," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa sebelumnya untuk membuat sebuah lukisan abstrak yang berkualitas menghabiskan modal usaha hingga Rp 360.000 per lembar, namun sekarang harus mengeluarkan modal Rp 500.000 per lembarnya.

Menurut dia, sebelum kenaikan harga BBM, lukisan abstrak ukuran 50x50 cm dijual seharga Rp 700.000 per lembar, namun sekarang dijual seharga Rp 900.000 per lembar. Untuk ukuran 80x60 cm yang sebelumnya dijual seharga antara Rp 900.000 hingga Rp 1.200.000 kini dijual seharga Rp 1.500.000. Sedangkan, untuk lukisan ukuran 90x120 cm sebelumnya seharga Rp 3.500.000 kini dijual seharga Rp 5.000.000.

Ia mengatakan harga jual dari sebuah lukisan tidak dapat dilihat dari bentuk ataupun kecerahan saja, melainkan dari konsep dan perasaan dari si pelukis. Menurut dia, lukisan abstrak Bali banyak diminati para kolektor-kolektor mancanegara yang sedang berkunjung hanya sekedar wisata maupun kunjungan kerja saja.

Lain halnya Hendi, seorang pelukis realita, juga di kawasan Jlalan Peti Tenget Kerobokan mengaku hasil karyanya lebih memadukan gaya lukis realita dengan gaya seni abstrak yang cukup populer di pasar lokal maupun mancanegara. Menurutnya, hasil lukisan sangat ditentukan ciri dan karakter khas dari si pelukisnya

Artinya, tidak dapat disamakan hasil lukisan seorang seniman dengan seniman lainnya karena bahan lukisan dan tema atau konsep lukisannya berbeda-beda karena sangat dipengaruhi karakter pelukisnya.

Ia menjelaskan bahwa untuk sebuah lukisan realita dengan ukuran 50x50 cm sebelum kenaikan harga BBM dijual seharga Rp 500.000 per unit, namun setelah kenaikan harga BBM yang berimbas pada kenaikan harga bahan baku harga jual ditingkatkan menjadi Rp 800.000 per lembar.

"Sedangkan lukisan untuk ukuran 80x60 cm sebelumnya dijual seharga Rp 750.000 per unit, namun kini dijual Rp 1.200.000 per unit dan ukuran 90x120 cm sebelumnya dijual Rp 975.000 per unit kini dijual menjadi Rp 1.500.000," jelasnya.

Ia menjelaskan keadaan pasar sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya karena keadaan yang sekarang cukup rumit dan kurang bersinergi antara UKM dengan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Ditambah lagi adanya masalah-masalah politik yang menghambat laju perekonomian yang ada.

Sementara itu, seorang pembeli lukisan bali Mark Peter yang merupakan wisatawan Australia mengatakan lukisan yang dibuat oleh pelukis Bali memiliki nuansa dan cukup mempunyai warna dalam tiap goresan kanvas. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: