Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonom: Bank BUMN Harus Perkuat Modal Bersaing dengan Bank Asing

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Berly Martawardaya menilai bank-bank BUMN harus memperkuat struktur permodalannya dan melakukan efisiensi dalam menghadapi persaingan dengan bank-bank asing dalam lima tahun ke depan.

"Pangsa pasar bank-bank asing akan semakin membesar jika industri perbankan nasional tidak berupaya meningkatkan daya saingnya," ujar Berly di Jakarta, Rabu (11/2/2015).

Menurut Berly, merjer atau akuisisi adalah cara ampuh untuk meningkatkan efisiensi (cutting cost). Hal itu akan membuat komposisi direksi lebih ramping dan pemangkasan kantor cabang. Selain itu, lanjutnya, pemerintah juga harus membenahi regulasi di bidang perbankan. Berly mencontohkan Singapura, dimana bank asing boleh membuka cabang namun tidak boleh menerima nasabah lokal. "Jika kita berlakukan itu sudah sangat terlambat, namun diperlukan," kata Berly.

Sementara itu, Partner Transaction Support and Corporate Finance RSM AAJ Wiljadi Tan mengatakan, untuk pasar Indonesia, bank-bank lokal harusnya bisa lebih siap karena sudah memiliki cukup segmentasi, sedangkan bank asing masih membutuhkan waktu untuk menggarap pasar Indonesia.

Meski demikian, lanjut Wiljadi, pemerintah harus memikirkan agar bank-bank lokal tidak hanya menguasai pasar lokal, tapi juga bisa berekspansi di ASEAN. Untuk itu, Wiljadi Tan lebih menyarankan agar perbankan nasional dikonsolidasikan.

"Bank berkembang secara organik membutuhkan waktu dan kita tidak punya waktu banyak. Saat ini terlalu banyak bank di Indonesia," ujar Berly.

Menurut Wiljadi Tan, konsolidasi perbankan harusnya lebih mudah dilakukan antara bank BUMN mengingat pemegang sahamnya sama, yakni pemerintah. "Kita sudah punya API (Arsitektur Perbankan Indonesia), sudah dirumuskan bank-bank tier 1 dan 2, bank internasional dan regional. Namun implementasinya sulit," kata Berly.

Ia menekankan, dengan atau tanpa MEA, Indonesia tetap memerlukan konsolidasi perbankan. Salah satu tujuannya adalah menghindari inefisiensi. Data Bloomberg menunjukkan, per Desember 2013 pangsa pasar aset bank BUMN menyusut tinggal 36,7 persen dari 49,4 persen pada 1999. Di sisi lain, aset bank asing joint venture maupun bank swasta nasional yang dimiliki asing naik dari 11,6 persen menjadi 36,5 persen.

Pangsa pasar kredit bank BUMN juga menyusut dari 53,2 persen menjadi 36,6 persen, sedangkan pangsa pasar bank asing, joint venture maupun bank umum swasta nasional yang dimiliki asing naik tajam dari 20,3 persen menjadi 35,1 persen.

Penetrasi bank asing juga terlihat dari dominasi cabang bank-bank asing yang beroperasi di Indonesia. Kantor cabang bank asing mencapai 43,4 persen dari total cabang bank-bank beroperasi di Indonesia. Total cabang bank yang ada di Indonesia mencapai 17.326. cabang yang dimiliki bank Indonesia mencapai 9.344 cabang. Total cabang yang dimiliki foreign bank ultimate shareholder mencapai 7.522.

Selain itu, Bank DBS Singapura yang hanya memiliki 30 cabang di negara asalnya, justru memiliki 256 cabang di Indonesia. Demikian pula dengan UOB yang memiliki 60 cabang di Singapura, tapi telah memiliki 600-an cabang di Tanah Air. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Achmad Fauzi

Advertisement

Bagikan Artikel: