Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Bitcoin Terjun Bebas dalam Sepekan, Ternyata ini Biang Keroknya

Harga Bitcoin Terjun Bebas dalam Sepekan, Ternyata ini Biang Keroknya Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga Bitcoin (BTC) mengalami penurunan selama sepekan terakhir, terjun di bawah level US$62.000 atau sekitar Rp1,01 miliar. Penurunan ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk meningkatnya kekhawatiran akan suku bunga The Fed yang tinggi, menguatnya dolar AS, arus keluar dari ETF Bitcoin spot, sentimen negatif terkait Mt. Gox dan penjualan BTC oleh pemerintah Jerman dan Amerika Serikat, penurunan tingkat hash penambangan Bitcoin, dan minimnya penerbitan stablecoin.

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan, tekanan jual Bitcoin terus meningkat akibat berbagai sentimen negatif, termasuk kekhawatiran terhadap suku bunga The Fed yang tinggi dan kekuatan dolar AS yang mengurangi daya tarik kripto. The Fed mengisyaratkan akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari yang diharapkan, dengan kemungkinan hanya satu kali penurunan suku bunga tahun ini jika ekonomi AS sesuai dengan perkiraan.

Baca Juga: Mengagumkan! Performa Bitcoin Ungguli Investasi Portofolio Warren Buffett

"Meskipun siklus halving Bitcoin tahun 2024 berbeda dengan siklus sebelumnya, di mana harga mencapai rekor tertinggi baru sebelum, bukan setelah halving, banyak bukti menunjukkan bahwa kenaikan paling signifikan Bitcoin masih akan datang," kata Fyqieh di Jakarta, Jumat (28/6/2024).

Kendati Bitcoin mengalami tekanan, katanya, altcoin, seperti memecoin dan token AI (artificial intelligence) justru menunjukkan penguatan dalam seminggu terakhir. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh investor yang mencari alternatif sementara di tengah ketidakpastian pasar Bitcoin, potensi pertumbuhan tinggi altcoin dan memecoin, dan pola teknis yang menandakan peluang rebound.

Fyqieh menjelaskan bahwa pergerakan ini menunjukkan pasar kripto yang sedang dalam fase konsolidasi. "Penurunan Bitcoin wajar terjadi dalam tren jangka panjang. Namun, memecoin dan token AI yang menguat menunjukkan minat investor terhadap alternatif lain di luar Bitcoin. Hal ini menunjukkan bahwa pasar kripto tidak hanya bergantung pada satu aset, dan investor mulai mencari peluang di aset lain," imbuhnya.

Lebih lanjut, Fyqieh menambahkan bahwa investor perlu memperhatikan beberapa sentimen penting dalam jangka pendek, seperti keputusan suku bunga The Fed, rilis data ekonomi AS, dan perkembangan regulasi kripto. Sentimen-sentimen ini dapat mempengaruhi arah pergerakan harga Bitcoin dan altcoin dalam beberapa minggu ke depan.

Baca Juga: Mulai Turunnya Pamor Bitcoin, Kripto Masuki Siklus Memecoin?

"Secara keseluruhan, pasar kripto masih menunjukkan potensi pertumbuhan jangka panjang. Investor perlu melakukan riset mendalam sebelum berinvestasi dan mempertimbangkan strategi investasi yang sesuai dengan profil risiko mereka," tuturnya.

Walaupun harga Bitcoin mengalami penurunan, namun volume transaksi perdagangan aset kripto di Indonesia mencatat angka yang signifikan Pada Mei 2024. Data Badan Pengawas Berjangka Perdagangan Komoditi Indonesia (Bappebti) menunjukkan bahwa transaksi kripto mencapai Rp49,82 triliun, mengalami lonjakan sebesar 506,83% dibandingkan dengan Mei 2023.

Sepanjang Januari hingga Mei 2024, total nilai transaksi telah mencapai Rp260,9 triliun, melebihi total transaksi sepanjang tahun 2023 yang sebesar Rp149,3 triliun. Kenaikan ini enunjukkan tren positif dan minat masyarakat yang semakin tinggi terhadap aset kripto di Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: