Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KAA, Indonesia Diminta Tak Terjebak AS atau Tiongkok

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta -Indonesia jangan terjebak pada pertarungan antara poros Barat yang didominasi Amerika Serikat atau dengan poros kekuatan ekonomi baru yang ditombaki oleh Tiongkok dan lebih mengutamakan pembangunan ekonomi nonblok.

"Indonesia tidak perlu terjebak di tengah pertarungan ekonomi dua raksasa dunia, Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok," kata Direktur Eksekutif Centre for People Studies and Advocation, Sahat Martin Philip, dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Kamis (23/4/2015).

Sahat Martin mengingatkan, salah satu semangat Konferensi Asia Afrika (KAA) yang pertama pada tahun 1955 adalah menolak pembentukan dua blok ideologi, yaitu Blok Barat yang liberal dan Blok Timur yang komunis. Saat ini, ujar dia, pertarungan dunia tidak lagi berkutat pada blok ideologi saja melainkan juga ekonomi. Blok ekonomi dunia terbagi atas blok AS dan Blok Cina Rusia.

"Ketimbang berpihak pada salah satu kekuatan, Indonesia sebaiknya membangun kekuatan ekonomi nonblok di antara negara-negara Asia-Afrika," ujarnya.

Sahat mengingatkan bahwa Indonesia, India, dan Afrika Selatan saat ini memiliki tren pertumbuhan ekonomi yang positif dan dapat menjadi motor bagi kekuatan ekonomi nonblok tersebut. Selain itu, ia juga mengapresiasi ketegasan dalam pidato Presiden Jokowi saat pembukaan KAA 2015 di Jakarta.

Sebelumnya, Hipmi menginginkan pemerintahan dapat mengambil kesempatan Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015 untuk memprakarsai terbentuknya blok ekonomi baru sebagai salah satu kekuatan global.

"Hipmi berharap agar Indonesia dapat memelopori dan mendorong KAA menjadi blok baru kekuatan ekonomi global," kata Ketua Umum Badan Pengurus Harian Hipmi, Bahlil Lahadalia, Senin (20/4/2015).

Menurut Hipmi, KAA 2015 harus menjadi blok baru kekuatan ekonomi global selain hegemoni ekonomi dari Barat yang dominan pada saat ini. KAA, ujar dia, akan menjadi relevan bila diarahkan untuk mempertajam isu-isu perekonomian global yang semakin tidak adil dan hanya menguntungkan blok tertentu.

"Relevansinya di situ. Ada tatanan perekonomian global yang sistemnya menjadi kanalisasi aset-aset negara berkembang mengalir ke negara-negara maju yang menguasai kapital dan forum-forum ekonomi dunia dan lembaga-lembaga keuangan global," jelasnya.

Dengan demikian, ia mengemukakan bahwa dorongan tersebut agar KAA menjadi penyeimbang forum-forum dan lembaga-lembaga keuangan global yang telah disetir oleh negara-negara Barat melalui institusi seperti WTO, Bank Dunia, IMF, dan ADB. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: