Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

DPR: Kementan Dapat Kartu Kuning

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Kalangan legislatif menyatakan, data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait kondisi produksi pangan nasional yang kurang optimal merupakan peringatan dini bagi jajaran Kementerian Pertanian (Kementan).

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi IV Rofi Munawar di Jakarta, Jumat (8/5/2015) mengatakan, hal itu mengingat selama ini pangan merupakan salah satu sektor yang penting dalam menyumbang angka inflasi di berbagai daerah (volatile foods).

Mengutip data BPS, dia mengungkapkan, ekonomi Indonesia pada triwulan I-2015 terhadap triwulan I-2014 tumbuh sebesar 4,71 persen (y-on-y) atau melambat dibanding periode yang sama pada tahun 2014 sebesar 5,14 persen. Dia menambahkan, kondisi perekonomian nasional mengalami perlambatan disebabkan dari sisi produksi maupun sisi konsumsi menurun.

"Dari sisi produksi, salah satu penyebab utama perlambatan ekonomi kuartal I-2015 adalah produksi pangan menurun akibat mundurnya periode tanam," katanya.

Oleh karena itu pihaknya meminta Kementerian Pertanian serius dalam mendorong produksi pangan nasional dengan disiplin dalam waktu tanam dan koordinasi dalam pengelolaan tata niaga pangan nasional lintas kementerian. Rofi menjelaskan, Inflasi volatile food merupakan inflasi yang berasal dari sekelompok komoditas bahan pangan yang mana memberikan kontribusi cukup besar dalam laju inflasi di Indonesia.

Komoditas bahan pangan yang memberikan kontribusi yang besar dalam laju inflasi volatile food adalah beras, karena beras merupakan bahan pangan pokok masyarakat Indonesia.

"Permintaan terhadap beras yang tinggi tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan produksi beras yang memadai di dalam negeri. Hal ini dapat mengakibatkan harga beras meningkat dan terjadi inflasi," katanya.

Dia mengungkapkan, adanya harga beras maupun harga bahan komoditas pangan yang beragam dan dalam kondisi ekstrim di berbagai daerah, mengingat satu daerah harga beras turun namun di tempat lain naik cukup signifikan.

"Ini menunjukan waktu tanam dan panen raya tidak seragam, ironisnya di sisi lain walau beras banyak namun harga tidak menunjukkan penurunan," kata Ketua Kelompok Komisi (Kapoksi) IV Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: