Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rupiah Menguat, BI: Pasar Respons Positif Paket Kebijakan Ekonomi

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan kondisi pasar keuangan terus membaik. Ini terlihat dari penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berangsur-angsur menguat.

Hari ini nilai tukar rupiah kembali menguat tajam terhadap dolar AS hingga sempat menyentuh level 13.890. Data Bloomberg mencatat nilai tukar rupiah berada pada kisaran level 13.901 per dolar AS pada pukul 11.45 WIB. Rupiah dibuka menguat di level 14.180 per dolar AS dibandingkan penutupan pada Selasa 6 Oktober di level 14.241 per dolar AS.

Sedangkan, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah menguat 317 poin menjadi 14.065 per dolar AS pada Rabu (7/10/2015) dari perdagangan kemarin yang berada di level 14.282 per dolar AS.

Menurut Deputi Gubernur Senior BI ‎Mirza Adityaswara, penguatan rupiah terjadi akibat dua hal, yakni faktor eksternal maupun internal. Untuk faktor eksternal, lanjutnya, di mana data ekonomi Amerika Serikat yang sedikit mengalami pelemahan, khususnya pada data ketenagakerjaan.

"Sehingga konsensus dari kenaikan suku bunga Amerika sekarang ini mulai bergeser yang tadinya dikhawatirkan akan mengalami kenaikan pada bulan Oktober atau Desember kini bergeser bisa pada kuartal satu atau dua," ujar Mirza di Jakarta, Rabu (6/10/2015).

Situasi ini, katanya, membuat perubahan situasi di pasar keuangan. "Beberapa investor dan spekulan yang sudah membeli dolar AS lebih awal, mereka melakukan cut loss di pasar keuangan," ujarnya.

Namun, Indonesia tidak sendirian. Negara tetangga seperti Malaysia juga mengalami situasi yang sama. Untuk faktor internal, penguatan rupiah didorong oleh respons positif pasar melihat dari komitmen pemerintah melakukan deregulasi dan juga peluncuran paket pertama, kedua, dan ketiga.

"Pasar juga melihat pemerintah serius melakukan reformasi struktural mulai dari perizinan-perizinan di berbagai sektor yang akan berimbas pada jangka menengah panjang di mana akan menurunkan inflasi dan menambah suplai valas di Indonesia," jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: