Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonom: Penurunan TDL Berdampak Turunnya Inflasi

Warta Ekonomi -

WE Online, Kupang - Ekonom dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Dr Thomas Ola Langoday, yakin dengan kebijakan penurunan tarif dasar listrik pada Februari 2016 akibat penuruanan harga minyak mentah akan berdampak langsung terhadap penurunan inflasi.

"Saya optimistis, penurunan tarif dasar listrik pada periode Februari akan berdampak langsung terhadap pergerakan inflasi yang elama setahun terakhir (2015) cenderung meninggi itu akan menurun dalam 2016 ini," katanya kepada Antara di Kupang, Selasa (9/2/2016).

Dekan Fakultas Ekonomi Unwira itu dihubungi terkait apakah penurunan TDL itu akan mengurangi inflasi dari bulan ke bulan bahkan tahun ke tahun dan dampak luas bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah.

Menurut dia, dampak yang paling terasa, adalah turunnya Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Maret 2016 hingga seterusnya.

"Penurunan inflasi secara signfikan disebabkan selama ini ongkos listrik menyumbang kisaran 20 persen dari total biaya produksi," katanya.

Karena itu tidak perlu kaget ketika inflasi di NTT Januari 2016 salah sat pemicunya adalah kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks harga tertinggi terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang juga naik sebesar 1,81 persen.

Di NTT misalnya kata Thomas, Badan Pusat Statistik setempat mencatat inflasi pada Januari 2016 sebesar 0,74 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 125,94.

Demikian pula secara nasional inflasi bulan Januari 2016 mencapai 0,51 persen. Capaian inflasi tersebut dinilai cukup baik, karena berada pada kisaran yang relatif rendah dan terkendali dibandingkan dengan inflasi pada Januari tahun-tahun sebelumnya.

"Dibandingkan dengan inflasi pada bulan Januari tahun-tahun sebelumnya, inflasi pada Januari tahun ini tergolong amat rendah," katanya.

Jadi kata dia inflasi Januari yang rendah disebabkan deflasi komponen harga barang yang diatur pemerintah (administered prices) dan inflasi inti yang masih tercatat relatif rendah.

Rendahnya inflasi ini menurut Thomas akan diikuti pertumbuhan perekonomian yang baik pula, sehingga harus terus dipertahankan sehingga pertumbuhan yang tadinya di NTT sebear 5,02 akan dipicu bertambah hingga 5,6 persen sesuai target.

"Target pertumbuhan ekonomi produktif di NTT dipatok antara 5,2 hingga 5,6 persen pada 2016.

"Indikatornya adalah capaian pertumbuhan yang diraih pada dari waktu ke waktu (triwilan I-IV-2015) mulai dari 5,03 persen hingga 5,11 persen yang ikut menggambarkan tingkat pertumbuhan pada 2016," katanya.

Harus diakui pula katanya pertumbuhan itu juga didasarkan pada sejumlah kebijakan dari pemerintah pusat yang mendorong dan menjaga gejolak perekonomian nasional dan dunia untuk stabilitas dan daya beli mayarakat.

"Pertumbuhan sebesar 5,02 persen itu dipicu oleh lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib yang memiliki andil sebesar 0,89 persen terhadap total pertumbuhan ekonomi NTT," katanya.

Ia menyebut pengadaan listrik dan gas merupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,19 persen, diikuti oleh informasi dan komunikasi sebesar 7,14 persen dan administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib diurutan keempat sebesar 7,09 persen. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: