Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Warisan Kyai Hasyim Muzadi, Tak Sekadar dikenang Bagian 1

Warisan Kyai Hasyim Muzadi, Tak Sekadar dikenang Bagian 1 Kredit Foto: Id.wikipedia.org
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rasa kehilangan terhadap sosok ulama yang "ngemong" (melayani) umat dan republik ini, yakni KHA Hasyim Muzadi, yang wafat pada 16 Maret 2017, agaknya seperti tidak akan ada hentinya, bahkan tahlil (mendoakan orang yang sudah meninggal dunia) ada di mana-mana.

Namun, kehilangan itu harus tetap disemangati dengan ikhtiar untuk memedomani lima warisan almarhum, yakni adab (akhlak), kesederhanaan, mementingkan kemaslahatan masyarakat, meneguhkan cinta Tanah Air (nasionalisme), dan menjaga perdamaian bangsa, negara, dan dunia.

Adab atau akhlak itulah keseharian Kiai Hasyim Muzadi. Baginya, perbedaan pendapat itu harus dimaknai untuk saling memahami, bukan seperti sekarang yang memaknai perbedaan pendapat justru untuk saling menyalahkan, mem-bid'ah-kan, mengkafirkan, me-neraka-kan, dan seterusnya.

Pandangan itu yang mendasarinya mendirikan Pesantren Khusus Mahasiswa Al-Hikam di Malang dan Depok untuk mencetak intelektual yang berakhlak Al-Quran, bahkan hafal Al-Quran, sehingga tidak mudah menyalahkan tanpa mengetahui latar belakang di balik sebuah ritual.

"Ayat yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah 'iqra' (bacalah) yang menyiratkan pentingnya menguasai ilmu dunia bagi kehidupan dunia dan ilmu agama untuk bekal di akhirat. Keduanya harus seimbang, sehingga kita memiliki ilmu dan akhlak," katanya.

Dalam berbagai kesempatan, ia mencontohkan Imam Syafii dan Imam Hambali yang merupakan guru dan murid. Imam Syafii memandang bahwa qunut dalam Shalat Subuh itu sunnah muakkad, sedangkan Imam Hambali justru menilai qunut itu bid'ah, tapi silaturahim keduanya tidak terganggu.

Contoh lain yang juga penting adalah Buya Hamka dan Idham Khalid. Saat itu, Buya Hamka menjadi Ketua MUI, sedangkan Idham Khalid menjadi Ketua Umum PBNU, namun saat Buya Hamka yang juga petinggi Muhammadiyah itu menjadi imam dengan Idham Khalid sebagai makmum, maka Buya Hamka justru melakukan qunut.

"Masalahnya, orang sering mengikuti ilmu ulama tapi tidak mengikuti akhlak ulama. Mestinya, kalau ikut ilmu ulama ya harus ikut akhlak ulama. Kalau anak-anak NU dan Muhammadiyah sekarang sudah tidak mempersoalkan qunut itu karena mereka sudah sama-sama tidak Shalat Subuh," kelakarnya, disambut tawa hadirin.

Cara Kiai Hasyim Muzadi yang humoris atau suka bercanda itu juga menjadi ciri khasnya, sehingga kritik yang dikemas dengan humor akan membuat orang yang dikritik tidak merasa sakit, namun justru dapat menerima saran yang lucu tapi logis itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: