Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Jumat pagi (23/9/2016) bergerak menguat sebesar lima poin menjadi Rp13.080 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.085 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah terapresiasi terhadap dolar AS, selain dipicu faktor eksternal juga terdorong oleh harapan pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (7-Day Repo Rate) yang dipangkas 25 bps," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Jumat.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada hari ini (Kamis, 22/9) memutuskan menurunkan BI 7-day Repo Rate sebesar 25 basis points (bps) dari 5,25 persen menjadi 5,00 persen.
Ia menambahkan, penguatan nilai tukar rupiah juga terbawa sentimen pelemahan dolar AS di pasar global pasca Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang mempertahankan suku bunga acuannya.
Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang masih naik menyusul turunnya persediaan minyak mentah Amerika Serikat serta diikuti oleh kenaikan harga komoditas lainnya turut mempengaruhi mata uang domestik.
"Ruang penguatan rupiah masih tersedia dalam jangka pendek, namun keinginan Bank Indonesia menjaga rupiah di nilai fundamentalnya bisa membatasi ruang apresiasi rupiah," katanya.
Sentimen selanjutnya, pelaku pasar akan kembali fokus pada pencapaian amnesti pajak yang saat ini terus meningkat. Presiden Joko Widodo mengundang para pengusaha membicarakan program amnesti pajak.
"Sebuah usaha untuk terus menggenjot uang tebusan untuk mendukung belanja pemerintah," katanya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto