Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Analis Nilai Sentimen Kebijakan Fed Masih Menjadi Faktor Negatif IHSG

        Analis Nilai Sentimen Kebijakan Fed Masih Menjadi Faktor Negatif IHSG Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kalangan analis pasar modal menilai sentimen dari kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang menaikkan suku bunga acuannya masih menjadi salah satu faktor negatif indeks harga saham gabungan (IHSG).

        "Fed Fund Rate menyebabkan dana investasi investor asing berpindah ke AS. Investor di seluruh dunia, melakukan perubahan komposisi dengan mengurangi porsi di negara berkembang, salah satunya porsi di Indonesia," kata analis NH Korindo Securities Bima Setiaji di Jakarta, Jumat (23/12/2016).

        Bima Setiaji menambahkan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat yang diluar perkiraan kalangan pelaku pasar juga turut menambah sentimen negatif bagi pasar saham di negara berkembang.

        "Akibatnya, dana investor asing cenderung keluar dalam beberapa pekan terakhir," katanya.

        Berdasarkan data yang dihimpun, sejak awal Desember hingga 23 Desember tahun ini, tercatat sekitar Rp4,450 triliun investor asing membukukan jual bersih di pasar saham domestik.

        Dari dalam negeri, lanjut Bima Setiaji, juga relatif minim sentimen positif baru yang muncul sehingga tidak ada pendorong kenaikan IHSG. Sampai akhir tahun, diproyeksikan, IHSG belum mampu bergerak menguat secara signifikan.

        "Proyeksi itu juga karena investor masih menunggu kebijakan yang akan dikeluarkan oleh presiden AS Donald Trump serta susunan kabinetnya," katanya.

        Sementara itu,Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere menambahkan bahwa kebijakan Donald Trump yang egosentris dengan tujuan meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dinilai akan mengakibatkan "overheating" sehingga suku bunga kebijakan bank sentral AS akan naik kembali.

        "Hal itu berdampak pada penarikan likuiditas, Indonesia pun terkena dampaknya sehingga terjadi 'capital outflow'," katanya.

        Namun, ia mengharapkan bahwa lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings yang meningkatkan "Outlook Credit Rating" Indonesia pada "Long Term Foreign" dan "Local Currency Issuer Default Rating" menjadi positif, dan juga mengafirmasi rating Indonesia pada BBB- (Investment Grade) dapat mejaga fluktuasi IHSG. (Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Sucipto

        Bagikan Artikel: