Duh di depan Presiden, Aktivis Mahasiswa ini Sebut Kota Palu Sarang Radikalisme
Wakil Ketua Adat Kota Palu Arifin Sunusi menyatakan atas nama lembaga Adat Tanah Kaili pihaknya telah menerima permohonan maaf atas pernyataan Ketua Umum PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia(PMII) Aminudin Ma'ruf.
Namun kata dia, permohonan maaf itu tidak menghilangkan sanksi adat yang akan diterimanya. Berdasarkan kesepakatan, lembaga adat menjatuhkan adat atau 'givu salah mbivi' atau salah bicara, berupa tiga ekor kambing dan 30 buah piring baru.
"Dihadapan jamaah Masjid Agung dan sebagian lembaga adat totua nuada (orang tua adat) tanah kaili, Aminudin Ma'ruf menyampaikan permohonan maafnya," kata Arifin yang dihubungi Rabu malam (17/5/2017).
Dengan itu, pihaknya menerima permohonan maaf itu, dan akan melakukan rapat terkait itu, Kamis besok. Kata dia, apa yang disampakan Aminudin itu berkaitan dengan nilai adat 'sala mbivi' atau salah bicara sehingga risiko yang harus diterimanya berupa givu atau sanksi sesuat dengan aturan adat yang berlaku.
"Ya sanksinya dalam betuk tiga ekor kambing dan 30 buh piring makan," ujarnya.
Arifin menjelaskan Aminudin harus menerima sanksi tersebut, dan tidak boleh dialihkan dalam bentuk uang. Kambing itu nantinya kata dia, akan disembelih, dimasak dan dimakan bersama dalam satu perjamuan makan, diikuti oleh 30 orang tokoh-tokoh adat. Pelaksanaannya itu menunggu waktu yang ditentukan Apabila tidak melaksanakan givu nuada itu, maka ada givu yang lain yang diberikan lembaga adat, yakni lembaga ada mengusir atau niombo, dari tanah Kaili selamanya dan tidak boleh menginjakan kakinya di tanah ini.
"Besok kami aka molibu (rapat) di bantaya," tutup Arifin.
Sebelumnya Polibu Ntodea Tana Tadulako menuntut permohonan maaf Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Aminuddin Ma'ruf, atas pernyataanya saat pembukaan Kongres PMMI ke XIX PMII di Masjid Agung Darussalam Palu, Selasa (16/5) lalu. Dewan adat memprotes keras atas pernyataan Ketum PB PMII yang menyebutkan tanah tadulako, sebagai pusat radikalisme islam dan pusar gerakan menentang NKRI. Padahal dalam acara tersebut hadir Presiden Jokowi. (ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat