Bank Indonesia (BI) menyatakan pergerakan nilai tukar rupiah cukup stabil dan cenderung menguat hingga pertengahan Juli 2017. Secara rata-rata bulanan, nilai tukar rupiah tercatat menguat sebesar 0,17% ke level Rp13.298 per dolar AS.
"Penguatan tersebut ditopang oleh berlanjutnya penjualan valas oleh korporasi dan aliran masuk modal asing yang cukup besar ke pasar keuangan domestik serta sejalan dengan penguatan mata uang regional," ujar Direktur Departemen Komunikasi BI Arbonas Hutabarat di Jakarta, belum lama ini.
Menurutnya, volatilitas nilai tukar yang terjaga rendah juga disertai dengan meningkatnya efisiensi di pasar valas. "Hal ini sejalan dengan berbagai langkah pendalaman pasar valas sebagaimana tercermin dari semakin besarnya volume transaksi valas harian, termasuk transaksi derivatif," ucapnya.
Meski demikian, ke depan BI akan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar.
Sementara terkait ekonomi Indonesia, dia mengatakan proses pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut pada triwulan II-2017 meskipun tidak sekuat perkiraan semula. Pertumbuhan konsumsi berpotensi lebih rendah sebagaimana tercermin pada perlambatan pertumbuhan penjualan ritel.
"Kinerja ekspor tetap tumbuh meskipun lebih rendah dari perkiraan semula, terutama dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan volume ekspor produk primer dan manufaktur," sebut Arbonas.
Sebaliknya, investasi tumbuh lebih baik ?terutama nonbangunan ?ditopang investasi terkait sumber daya alam di tengah investasi bangunan yang masih cukup baik terkait dengan proyek infrastruktur pemerintah dan sektor konstruksi swasta.
"Ke depan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan membaik ditopang oleh peningkatan kinerja ekspor dan investasi. Dengan perbaikan pada paruh kedua 2017, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan 2017 masih dalam kisaran 5,0-5,4%," kata Arbonas.
Namun lanjutnya, sejumlah risiko yang dapat berdampak pada prospek pertumbuhan ekonomi perlu tetap diwaspadai, terutama terkait dengan belum kuatnya permintaan domestik sejalan dengan masih berlanjutnya proses konsolidasi korporasi dan perbankan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: