Delapan puluh kabupaten di Indonesia masih berstatus tertinggal. Lima puluh kabupaten di antaranya berada di wilayah perbatasan, pulau-pulau kecil terluar, rawan bencana, rawan pangan, serta pasca konflik.?
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) terus berupaya mendorong pertumbuhan dan pemerataan pembangunan untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah di Indonesia, terutama antara pembangunan Kawasan Barat dan Kawasan Timur, termasuk juga antar wilayah pedesaan, daerah tertinggal, dan perbatasan.?
?Pemerataan, ketahanan pangan, dan pembangunan wilayah, merupakan salah satu penjabaran dari NAWACITA 3, yakni negara hadir membangun negeri dari pinggiran,? kata Johozua M. Yoltuwu, Direktur Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Rabu (21/3/2018).
Untuk mendukung pengentasan desa-desa tertinggal dan mengupayakan desa maju dan mandiri, tahun ini Kemendes fokus pada 16 kabupaten prioritas dan terintegrasi. Dari 16 desa tersebut juga dipilih 4 kabupaten sebagai pilot project permodelan yaitu Kabupaten Aceh Singkil, Lombok Timur, Manggarai, dan Maluku Tenggara Barat. Hasil dari piloting tersebut akan diadopsi oleh 12 Kabupaten Prioritas lainnya sesuai dengan karakteristik potensi, kebutuhan, dan permasalahan daerah masing-masing.
Dalam kunjungannya meninjau program unggulan Sistem Manajemen Pertanian Terintegrasi (Simantri) di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Johozua mengungkapkan bahwa program ini dapat dijadikan percontohan program terintegrasi Kabupaten. Simantri merupakan program unggulan 16 Kabupaten Prioritas Terintegrasi, termasuk Kabupaten Manggarai, yang melibatkan berbagai pihak dalam upaya meningkatkan pendapatan petani.?
Bupati Manggarai, Deno Kamelus, pada kesempatan yang sama menjelaskan, Simantri merupakan suatu program integrasi beberapa perangkat daerah untuk meningkatkan luas tanam hortikultura, populasi ternak, kualitas, dan kontinuitas tanaman hortikultura. Selain itu, melalui program ini diharapkan dapat memastikan hasil tanaman hortikultura berkualitas sepanjang tahun yang berorientasi pada kebutuhan pasar.?
?Sejak 2017, telah terbentuk 12 kelompok yang beranggotakan sekitar 400 orang, dengan total luas lahan mencapai 50 Ha, dan produksi hortikultura mencapai 319.939 Kg,? kata Deno Kamelus.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Vicky Fadil