Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ruang BI Naikkan Suku Bunga Masih Sangat Besar

        Ruang BI Naikkan Suku Bunga Masih Sangat Besar Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menilai Bank Indonesia (BI) masih memiliki ruang yang sangat besar untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya BI 7-day Reverse Repo Rate kendati BI telah menaikkannya sebanyak 1% menjadi 5,25% dalam dua bulan terakhir.

        "Oh, kalau ruang masih sangat besar karena kita biasa di suku bunga yang tinggi. Sekarang itu masih relatif rendah jadi ruangnya masih besar," ujar Direktur BCA, Rudy Susanto, saat acara halal bihalal dengan media di Jakarta, Rabu (11/7/2018).

        Meski demikian, lanjut Rudy, Bank Sentral akan sangat terukur dalam menaikkan kembali suku bunga acuan. Menurutnya, BI baru akan menaikkan suku bunga kembali bila ada tekanan/gejolak dari luar negeri lebih kuat dari saat ini.

        "Saya rasa BI akan lihat kondisi. Pak Perry (Gubernur BI) selalu bilang akan terukur tergantung kebutuhan, tergantung tekanan dari luar. Jadi, isunya bukan dari dalam karena inflasi kita rendah. Jadi, tekanan dari luar yang paling penting. Kalau tekanan luar berhenti maka enggak perlu. Tapi, kalau tekanan luar sangat kuat, otomatis dia (suku bunga acuan BI) harus naik," jelas Rudy.

        Sekadar informasi, sebelumnya BI menyebutkan kondisi likuiditas global mengetat dan ketidakpastian pasar keuangan global masih tinggi dipicu oleh prakiraan kenaikan FFR yang lebih agresif pasca-FOMC Juni 2018 dan volatilitas imbal hasil surat utang AS yang masih tinggi.

        Ketidakpastian global yang masih tinggi juga dipengaruhi kebijakan bank sentral Uni Eropa (ECB) yang menurunkan net pembelian aset, kebijakan bank sentral Tiongkok (PBoC) yang menurunkan GWM, harga minyak yang naik, serta ketegangan hubungan dagang AS-China yang kembali meningkat.

        Ketidakpastian tersebut pada gilirannya memicu penguatan mata uang dolar secara global dan memicu pembalikan modal dari negara berkembang sehingga memperlemah mata uang banyak negara, termasuk rupiah.

        Rudy meyakini, kalaupun nanti BI kembali menaikkan suku bunga acuannya, hal itu tidak akan mengganggu pergerakan perekonomian terlalu jauh meski nantinya bank merespons dengan turut menaikkan suku bunga kreditnya.

        "Tapi, itu saya rasa enggak terlalu isu karena yang penting stabil dulu. Daripada nanti misalkan eupiah kita tiba-tiba depresiasi 30%-40%, suku bunga acuan mau enggak mau harus dinaikkan 20%-30%, lebih gawatkan? Jadi, langkah BI sih kalau menurut kita, di pasar pas sekali," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Fauziah Nurul Hidayah

        Bagikan Artikel: