Ketua Komisi V DPR RI Fary Djemi Francis mengusulkan agar Pemerintah Indonesia mengubah paradigma penanganan bencana alam dari paradigma penanganan korban menjadi paradigma pencegahan bencana.
"Paradigma pencegahan bencana ini dengan mengutamakan mitigasi serta pemberitahuan pencegahan dini," kata Fary pada diskusi "Regulasi, Pengawasan, dan Penanganan Bencana Lombok" di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Selasa (21/8/2018).
Politikus Gerindra menanggapi bencana alam gempa bumi di Lombok yang terjadi berkali-kali tapi masyarakat dan pemerintah setempat dinilai selalu gagap menyikapinya.?Menurut Fary, kelemahan penanganan bencana di Indonesia adalah mitigasi, sehingga setiap terjadi bencana alam selalu terjadi kepanikan.
"Indonesia yang berada di kawasan pertemuan lempeng dunia dan sering disebut sebagai cincin api, tidak bisa menghindari bencana alam, sehingga harus mengutamakan mitigasi," katanya.
Politisi Partai Gerindra itu menilai, Pemerintah gagal melakukan mitigasi pada penanganan bencana gempa bumi di Lombok yang terjadi berkali-kali.
"Masih terus terjadi gempa susulan di atas 5,0 SR dan minim antisipasi," katanya.
Kalau soal penanganan untuk para korban selamat pada tahap tanggap darurat pascabencana, menurut Fary, Pemerintah telah bekerja dengan baik, misalnya mengirim dan menyalurkan bantuan makanan, pakaian, dan obat-obatan kepada para pengungsi.
Namun, Pemerintah dinilai masih lemah dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana. "Padahal, Indonesia yang berada di kawasan cincin api, tidak bisa menghindari bencana, sehingga perlu menguasai ilmu pencegahan bencana," katanya.
Menurut dia, jika Indonesia menguasai ilmu pencegahan bencana, maka korban jiwa mungkin tidak sebanyak seperti yang terjadi saat ini. Sejak gempa bumi pada 29 Juli lalu hingga saat ini tercatat korban meninggal dunia sebanyak 548 orang
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: